Kamis, 04 Februari 2016

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO BUNUH DIRI dan STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI

LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI

I.         Kasus (masalah utama)
Resiko bunuh diri
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal atau gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah atau bermusuhan, bunu diri merupakan hukuman pada diri sendiri, dan cara mengakhiri keputusan (Stuart, 2006).
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. (Maris, Berman, Silverman, dan Bongar, 2000)
Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Ann Isaacs, 2014).

II.      Proses Terjadinya Masalah
A.       Faktor Predisposisi
Tidak ada teori tunggal yang mengungkapkan tentang bunuh diri dan memberi petunjuk mengenai cara melakukan intervensi yang terapeutik. Teori perilaku meyakini bahwa pencederaan diri merupakan hal yang dipelajari dan diterima pada saat anak-anak dan masa remaja. Teori psikologi memfokuskan pada masalah tahap awal perkembangan ego, trauma interpersonal dan kecemasan berkepanjangan yang mungkin dapat memicu seseorang untuk mencederai diri. Teori interpersonal mengungkapkan bahwa mencederai diri sebagai kegagalan dari interaksi dalam hidup, masa anak-anak mendapat perlakuan kasar serta tidak mendapatkan kepuasan ( stuart dan sudden , 1995)
Riwayat abuse atau incest dapat juga menjadi faktor predisposisi atau presipitasi pencederaan diri. Faktor predisposisi yang lain adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan komunikasi (mengkomuikasikan perasaan), perasaan bersalah, depresi dan perasaan yang tidak stabil.
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1.             Diagnosis psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunhu diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2.             Sifat kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya risiko bunuh diri adalah antipati, impulsif dan depresi.
3.             Lingkungan psikososial
Faktor pedisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respon seseorang dalam mengahadapi masalah tersebut dan lain-lain.
4.             Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakuakan tindakan bunuh diri.



5.      Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat didalam otak seperti serotonin, adrenalin, dan dopamain. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui rekaman gelombang otak electro enchepalo graph (EEG).

B.       Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.

C.       Jenis
Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006) :
1.      Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa dia tidak akan berada disekitar kita lebih lama lagi atau mengkomunikasikan secara non verbal
2.      Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
3.      Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan terjadi jika tidak ditemukan pada tepat waktunya.
Sementara itu, yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri :


a.       Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor lingkungan yang penuh tekanan (stresful) sehingga mendorong untuk bunuh diri.
b.      Bunuh diri altruistik
Bunuh diri altruistik adalh tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan kehormatan seseorang ketika dalam melaksanakan tugasnya.
c.       Bunuh diri egoistik
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri seseorang putus cinta atau putus harapan.

D.       Rentang Respon

Respon Adaptif
Respon Maladaptif
PeningkatanDiri
Beresiko Destruktif
Destruktif Diri Tidak Langsung
PencederaanDiri
BunuhDiri
                                                    






1.      Peningkatan Diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
2.    Berisiko destruktif
Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.

3.    Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladatif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.

4.         Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.

E.        Mekanisme Koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar  dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.



III.         A. Pohon Masalah
Resiko Bunuh Diri
Harga Diri Rendah
Keputusasaan
Effect


Core problem
                         
Cause

B. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji
Masalah Keperawatan
Resiko Bunuh Diri

Data Yang Perlu Dikaji
Subjektif :
1)        Mengatakan keinginan bunuh diri.
2)        Mengatakan keinginan untuk mati.
3)        Mengatakan rasa bersalah dan keputusasaan.
4)        Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga.
5)        Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan.
6)        Mengatakan adanya konflik interpersonal.
7)        Mengatakan telah menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

Objektif :
1)        Impulsif.
2)        Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
3)        Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol).
4)        Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal).
5)        Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam karier).
6)        Status perkawinan yang tidak harmonis.

IV.         Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
V.                Rencana Tindakan Keperawatan
Terlampir
Daftar Pustaka
Berman, Silverman Dan Bongar (2000). Asuhan Keperawatan Resiko Bunuh Diri. Jakarta: EGC
Keliat Budi Anna, Dkk (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart, G.W.SJ. (1988). Buku Saku Keperaweatan Jiwa. Jakarta : EGC



























STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI

A.    Proses Keperawatan
 klien mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan, klien bersikap impulsif, klien menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh), klien pernah melakukan percobaan bunuh diri, klien berbicara tentang kematian dan menanyakan tentang obat dosis yang mematikan, klien mengungkapkan adanya konflik interpersonal.

1.    Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri

2.    Tujuan Khusus
a)      Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b)      Klien dapat mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan klien.
c)      Klien dapat mengendalikan dorongan bunuh diri.

3.    Tindakan Keperawatan
a)        Bina hubungan saling percaya.
b)      Identifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien.
c)      Amankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien.
d)     Lakukan kontrak treatment.
e)      Ajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri.
f)       Latih cara mengendalikan dorongan bunuh diri.

4.    Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan
A.    ORIENTASI
1.      Salam Terapeutik
Selamat pagi bapak/ibu. Perkenalkan nama Saya Tarmizi Taher panggil saja saya dengan nama Tarmizi. Saya mahasiswa Keperawatan STIKES BANTEN yang akan merawat bapak. Saya bertugas disini dari tanggal 27 Juli-1 agustus 2015 dan dari jam 07.00-14.00 WIB. Jika ada sesuatu yang ingin bapak sampaikan jangan sungkan-sungkan untuk menyampaikan kepada saya. mudah mudahan saya bisa membantu. Kalau boleh saya tau nama Bapak siapa dan suka dipanggil siapa?.”
2.      Evaluasi/validasi   : Bagaimana perasaan Bapak / Ibu pagi ini?
3.      Kontrak    :
a.       Topik : “Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang-bincang tentang kondisi Bapak/ibu selama perawatan disini
b.      Waktu : “Mau berapa lama kita bercakap-cakap saat ini? Bagaimana bila 15 menit?”
c.       Tempat : “Bapak / Ibu mau dimana kita bercakap – cakap? Bagaimana bila diruang tamu?”
d.      Tujuan Interaksi : “Bapak/Ibu tujuan kita berbincang-bincang agar saling mengenal”

B.     KERJA
1.      Adakah keinginan untuk bunuh diri ?
2.      Apakah dengan adanya masalah ini, Bapak/Ibu merasa paling menderita didunia ini ?
3.      Apakah Bapak/Ibu merasa kehilangan percaya diri ? 
4.      Apa yang menyebabkan Bapak/Ibu memiliki perasaan ingin mengakhiri kehidupan Bapak/Ibu?
5.      Saya akan membantu bapak/ibu agar keinginan untuk bunuh diri hilang?
6.      Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika keinginan bunuh diri tersebut muncul?
7.      Apakah Bapak/Ibu merasa sulit untuk berkonsentrasi ? Apakah Bapak/Ibu ada keinginan untuk mencederai diri ?, saya akan memeriksa seluruh isi kamar Bapak/Ibu yah, untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan diri Bapak/Ibu
8.      Cara mencegah keinginan bunuh diri
a.    Tidak boleh sendirian didalam kamar atau ruangan.
b.    Segera meminta bantuan kepada perawat diruangan apabila keinginan untuk bunuh diri muncul.
c.    Cara lain yang bisa digunakan adalah mengalihkan perhatian atau pikiran bapak dengan cara mencari teman untuk diajak bercakap-cakap.
d.   Tarik napas dalam



C.     TERMINASI
Evaluasi respons klien berharap tindakkan keperawatan

1.      Evaluasi klien (Subjektif) :
“bagiamana perasaan Bapak/Ibu setelah berkenalan dengan saya ? “ dan tadi kita sudah membicarakan yang ibu alami

2.      Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement):
“coba Bapak/Ibu mengulangi cara yang sudah dilakukan seperti  tarik nafas dalam, memukul bantal

3.      Rencana tindak lanjut:
“baik Bapak/Ibu, tadi kita sudah berdiskusi tentang cara mengendalikan perasaan ingin bunuh diri. Tugas untuk Bapak/Ibu yaitu berlatih cara mengendalikan perasaan bunuh diri, nanti pada pertemuan selanjutnya saya akan mari kita masukan ke dalam jadwal kegiatan hariannya ya Bapak/Ibu”.

4.       Kontrak Topik yang akan datang :
a.       Topik:”Baiklah kita sudah bercakap-cakap selama 15 menit, bagaimana kalau nanti kita bercakap-cakap tentang cara mengatasi rasa bersalah dan rendah diri yang bapak alami?”
b.      Waktu:”Di mana tempatnya nanti kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di taman ini?

c.       Tempat:”Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12 siang nanti, setelah bapak bertemu dengan teman-teman?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar