LAPORAN
PENDAHULUAN
RESIKO
BUNUH DIRI
I.
Kasus (masalah utama)
Resiko
bunuh diri
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk
mencederai diri sendiri yang dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan
kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya.
Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan
dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam
mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah
kegagalan untuk beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan
terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal atau gagal
melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah atau bermusuhan, bunu diri
merupakan hukuman pada diri sendiri, dan cara mengakhiri keputusan (Stuart,
2006).
Bunuh diri merupakan tindakan yang
secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. (Maris,
Berman, Silverman, dan Bongar, 2000)
Bunuh diri adalah pikiran untuk
menghilangkan nyawa sendiri (Ann Isaacs, 2014).
II. Proses
Terjadinya Masalah
A. Faktor
Predisposisi
Tidak ada teori tunggal yang
mengungkapkan tentang bunuh diri dan memberi petunjuk mengenai cara melakukan
intervensi yang terapeutik. Teori perilaku meyakini bahwa pencederaan diri
merupakan hal yang dipelajari dan diterima pada saat anak-anak dan masa remaja.
Teori psikologi memfokuskan pada masalah tahap awal perkembangan ego, trauma
interpersonal dan kecemasan berkepanjangan yang mungkin dapat memicu seseorang
untuk mencederai diri. Teori interpersonal mengungkapkan bahwa mencederai diri
sebagai kegagalan dari interaksi dalam hidup, masa anak-anak mendapat perlakuan
kasar serta tidak mendapatkan kepuasan ( stuart dan sudden , 1995)
Riwayat abuse atau incest dapat juga
menjadi faktor predisposisi atau presipitasi pencederaan diri. Faktor
predisposisi yang lain adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan komunikasi
(mengkomuikasikan perasaan), perasaan bersalah, depresi dan perasaan yang tidak
stabil.
Lima faktor predisposisi yang menunjang
pada pemahaman perilaku destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah
sebagai berikut :
1.
Diagnosis psikiatrik
Lebih
dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai
riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko
untuk melakukan tindakan bunhu diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan
zat, dan skizofrenia.
2.
Sifat kepribadian
Tiga
tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya risiko bunuh diri adalah
antipati, impulsif dan depresi.
3.
Lingkungan psikososial
Faktor
pedisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman
kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup,
penyakit kronis, perpisahan atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan sosial
sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik dengan terlebih
dahulu mengetahui penyebab masalah, respon seseorang dalam mengahadapi masalah
tersebut dan lain-lain.
4.
Riwayat keluarga
Riwayat
keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor penting yang dapat
menyebabkan seseorang melakuakan tindakan bunuh diri.
5.
Faktor biokimia
Data
menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko bunuh diri terjadi peningkatan
zat-zat kimia yang terdapat didalam otak seperti serotonin, adrenalin, dan
dopamain. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui rekaman gelombang otak
electro enchepalo graph (EEG).
B. Faktor
Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat
ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya
sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor lain yang dapat
menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang
melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya
labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
C. Jenis
Perilaku bunuh diri
terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006) :
1. Ancaman
bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang tersebut
mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri mungkin
mengungkapkan secara verbal bahwa dia tidak akan berada disekitar kita lebih
lama lagi atau mengkomunikasikan secara non verbal
2. Upaya
bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh
individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh
diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan.
Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan terjadi jika
tidak ditemukan pada tepat waktunya.
Sementara itu, yosep
(2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri :
a. Bunuh
diri anomik
Bunuh
diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor
lingkungan yang penuh tekanan (stresful) sehingga mendorong untuk bunuh diri.
b. Bunuh
diri altruistik
Bunuh
diri altruistik adalh tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan kehormatan
seseorang ketika dalam melaksanakan tugasnya.
c. Bunuh
diri egoistik
Bunuh
diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri
seseorang putus cinta atau putus harapan.
D. Rentang
Respon
Respon
Adaptif
|
Respon
Maladaptif
|
PeningkatanDiri
|
Beresiko
Destruktif
|
Destruktif
Diri Tidak Langsung
|
PencederaanDiri
|
BunuhDiri
|
1.
Peningkatan Diri
Seseorang
dapat meningkatkan proteksi atau pertahan diri secara wajar terhadap
situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang
mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap
pimpinan ditempat kerjanya.
2.
Berisiko destruktif
Seseorang
memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami perilaku destruktif atau
menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan
diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap
tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3.
Destruktif diri tidak
langsung
Seseorang
telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladatif) terhadap situasi yang
membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan
pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi
tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
4.
Pencederaan diri
Seseorang
melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya harapan
terhadap situasi yang ada.
E.
Mekanisme Koping
Seorang
klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan
perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression, dan magical
thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa
memberikan koping alternatif.
Perilaku
bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin
menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang
terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.
III.
A. Pohon Masalah
Resiko
Bunuh Diri
|
Harga
Diri Rendah
|
Keputusasaan
|
Core problem
Cause
B. Masalah Keperawatan
dan Data yang perlu dikaji
Masalah Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
Data Yang Perlu Dikaji
Subjektif :
1)
Mengatakan keinginan bunuh
diri.
2)
Mengatakan keinginan untuk
mati.
3)
Mengatakan rasa bersalah dan
keputusasaan.
4)
Ada riwayat berulang
percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga.
5)
Berbicara tentang
kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan.
6)
Mengatakan adanya konflik
interpersonal.
7)
Mengatakan telah menjadi
korban perilaku kekerasan saat kecil.
Objektif :
1)
Impulsif.
2)
Menunjukkan perilaku
yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
3)
Ada riwayat penyakit
mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol).
4)
Ada riwayat penyakit
fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal).
5)
Pengangguran (tidak
bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam karier).
6)
Status perkawinan yang
tidak harmonis.
IV. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
V.
Rencana Tindakan
Keperawatan
Terlampir
Daftar Pustaka
Berman,
Silverman Dan Bongar (2000). Asuhan Keperawatan Resiko Bunuh Diri. Jakarta: EGC
Keliat
Budi Anna, Dkk (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart,
G.W.SJ. (1988). Buku Saku Keperaweatan Jiwa. Jakarta : EGC
STRATEGI
PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI
A. Proses
Keperawatan
klien mengungkapkan rasa bersalah dan
keputusasaan, klien bersikap impulsif, klien menunjukkan perilaku yang
mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh), klien pernah melakukan percobaan
bunuh diri, klien berbicara tentang kematian dan menanyakan tentang obat dosis
yang mematikan, klien mengungkapkan adanya konflik interpersonal.
1. Diagnosa
Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
2. Tujuan
Khusus
a) Klien
dapat membina hubungan saling percaya.
b) Klien
dapat mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan klien.
c) Klien
dapat mengendalikan dorongan bunuh diri.
3. Tindakan
Keperawatan
a)
Bina hubungan saling
percaya.
b)
Identifikasi
benda-benda yang dapat membahayakan pasien.
c)
Amankan benda-benda
yang dapat membahayakan pasien.
d)
Lakukan kontrak
treatment.
e)
Ajarkan cara
mengendalikan dorongan bunuh diri.
f)
Latih cara
mengendalikan dorongan bunuh diri.
4. Proses
Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan
A. ORIENTASI
1.
Salam Terapeutik
Selamat
pagi bapak/ibu. Perkenalkan nama Saya Tarmizi Taher panggil saja saya dengan
nama Tarmizi. Saya mahasiswa Keperawatan STIKES BANTEN yang akan merawat bapak.
Saya bertugas disini dari tanggal 27 Juli-1 agustus 2015 dan dari jam
07.00-14.00 WIB. Jika ada sesuatu yang ingin bapak sampaikan jangan
sungkan-sungkan untuk menyampaikan kepada saya. mudah mudahan saya bisa
membantu. Kalau boleh saya tau nama Bapak siapa dan suka dipanggil siapa?.”
2.
Evaluasi/validasi : Bagaimana perasaan Bapak / Ibu pagi ini?
3.
Kontrak :
a.
Topik : “Bagaimana
kalau pagi ini kita berbincang-bincang tentang kondisi Bapak/ibu selama
perawatan disini
b.
Waktu : “Mau berapa
lama kita bercakap-cakap saat ini? Bagaimana bila 15 menit?”
c.
Tempat : “Bapak / Ibu
mau dimana kita bercakap – cakap? Bagaimana bila diruang tamu?”
d.
Tujuan Interaksi :
“Bapak/Ibu tujuan kita berbincang-bincang agar saling mengenal”
B.
KERJA
1. Adakah keinginan untuk bunuh diri
?
2. Apakah
dengan adanya masalah ini, Bapak/Ibu merasa paling menderita didunia ini ?
3. Apakah
Bapak/Ibu merasa kehilangan percaya diri ?
4. Apa
yang menyebabkan Bapak/Ibu memiliki perasaan ingin mengakhiri kehidupan
Bapak/Ibu?
5. Saya
akan membantu bapak/ibu agar keinginan untuk bunuh diri hilang?
6. Apa
yang Bapak/Ibu lakukan jika keinginan bunuh diri tersebut muncul?
7. Apakah
Bapak/Ibu merasa sulit untuk berkonsentrasi ? Apakah Bapak/Ibu ada keinginan untuk mencederai diri
?, saya akan memeriksa seluruh isi kamar Bapak/Ibu yah, untuk memastikan tidak
ada benda-benda yang membahayakan diri Bapak/Ibu
8. Cara
mencegah keinginan bunuh diri
a. Tidak
boleh sendirian didalam kamar atau ruangan.
b. Segera
meminta bantuan kepada perawat diruangan apabila keinginan untuk bunuh diri
muncul.
c. Cara
lain yang bisa digunakan adalah mengalihkan perhatian atau pikiran bapak dengan
cara mencari teman untuk diajak bercakap-cakap.
d. Tarik
napas dalam
C. TERMINASI
Evaluasi
respons klien berharap tindakkan keperawatan
1. Evaluasi
klien (Subjektif) :
“bagiamana perasaan Bapak/Ibu setelah berkenalan dengan saya ? “ dan tadi kita sudah membicarakan yang ibu alami
2. Evaluasi
perawat (objektif dan reinforcement):
“coba Bapak/Ibu
mengulangi cara yang sudah dilakukan
seperti tarik nafas dalam, memukul
bantal”
3. Rencana
tindak lanjut:
“baik Bapak/Ibu, tadi
kita sudah berdiskusi tentang cara mengendalikan perasaan ingin bunuh diri.
Tugas untuk Bapak/Ibu yaitu berlatih cara mengendalikan perasaan bunuh diri, nanti
pada pertemuan selanjutnya saya akan mari kita masukan ke dalam jadwal kegiatan
hariannya ya Bapak/Ibu”.
4. Kontrak Topik yang akan datang :
a. Topik:”Baiklah
kita sudah bercakap-cakap selama 15 menit, bagaimana kalau nanti kita
bercakap-cakap tentang cara mengatasi rasa bersalah dan rendah diri yang bapak
alami?”
b. Waktu:”Di
mana tempatnya nanti kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di taman ini?
c. Tempat:”Mau
jam berapa? Bagaimana kalau jam 12 siang nanti, setelah bapak bertemu dengan
teman-teman?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar