Kamis, 04 Februari 2016

LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN dan STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI

LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
I.     Kasus (Masalah Utama)
Perilaku Kekerasan

Pengertian
1.    Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (stuart dan sundeen, 1995).
2.    Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (berkowitz, dan harnawati,1993).
3.    Suatu keadaan di mana individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain. (towsend,1998).

II.  Proses Terjadinya masalah
A.      Faktor predisposisi
Menurut Townsend (1996) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang faktor predisposisi perilaku kekerasan, diantaranya adalah teori biologik yang Berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan,yaitu Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respons agresif, Pengaruh biokimia, menurut goldstein dalam townsend (1996) menyatakan bahwa berbagai neurotransmiter (epinefrin, norepinefrin, dopamin, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang enyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang, Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki oleh penghuni penjara pelaku tindak kriminal (narapidana)., Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus temporal), trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
Selanjutnya jenis Teori psikologik yaitu Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri serta memberikan arti dlaam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapkan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri perilaku tindak kekerasan, Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari, individu yang memiliki pengaruh bilogik terhadap perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran ekstrenal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi bilogik, Teori sosiokultural yaitu Kontrol masyarakat yang rendah dan kecendrungan menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
B.     Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat dibedakan menjadi faktor internal dan eksternal.yang pertama Internal adalah semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan, menurunnya percaya diri, rasa takut sakit, hilang kontrol dan lain-lain.yang kedua Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang yang dicintai, krisis, dan lain-lain.
Menurut shives (1998) hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan yaitu Kesulitan kondisi sosial ekonomi, Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu, Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa, Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan  obat dan alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi, Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga

C.     Tanda dan gejala
1.         Fisik: mata melotot/pandangan tajam,tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2.         Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar, dan ketus.
3.         Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan, ngamuk/agresif.
4.         Emosi: tidak adekuat, tiadak aman dan nyaman, merasa tergangggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5.         Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6.         Spiritual:  merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan kreativitas terhambat.
7.         Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8.         Perhatian : bolos, melariakn diri, dan melakukan penyimpangan seksual.



D.    Rentang respon
respon adaptif                                                         respons maladaptif



   asertif             frustasi           pasif             agresif          kekerasan

keterangan:
1.      Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan.
2.      Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan alternatif
3.      Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
4.      Agresif : perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih terkontrol
5.      Kekerasan: perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.
Perbandingan antara perilaku asertif, pasif, dan agresif/ kekerasan:

Pasif
Asertif
Agresif
Isi pembicaraan
Negatif dan merendahkan diri, contohnya perkataan: “ dapatkah saya?”
“ dapatkah kamu?”
Positif dan menawarkan diri, contohnya perkataan : “ saya dapat....”
“saya akan...”
Menyombongakn diri, merendahkan orang lain, contohnya perkataan :” kamu selalu....”
“ kamu tidak pernah..”
Tekanan suara
Cepat lambat, mengeluh
Sedang
Keras dan ngotot
Positif badan
Menundukkan kepala
Tegap dan santai
Kaku, condong ke depan
Jarak
Menjaga jarak dengan sikap acuh/ mengabaikan
Mempertahankan jarak yang aman
Siap dengan jarak akan menyerang orang lain
Penampilan
Loyo, tidak dapat tenang
Sikap tenang
Mengancam, posisi menyerang
Kontak mata
Sedikit/ lama sekali tidak
Mempertahankan kontak mata sesuai dengan hubungan
Mata melotot dan dipertahankan

E.     Mekanisme koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan  kemarahannya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represif, denial, dan reaksi formasi.
Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari seseorang karena di tinggal oleh orang yang dianggap sangat berpengaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak diatasi , maka dapat menyebabkan seseorang rendah diri (harga diri rendah), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila ketidakmampuan bergaul dengan orang lain ini tidak di atasi akan memunculkan halusinasi berupa suara-suara atau bayangan yang meminta klien untuk melakukan tindak kekerasan. Hal tersebut dapat berdampak pada keselamatan dirinya dan orang lain (risiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan)
Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang baik dalam menghadapi kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif). Hal ini tentunya menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen terapeutik inefektif).

III. A. Pohon masalah

Effect                                            RPK
Perilaku kekerasan






           
Core Problem
 


                                                     
Causa                                            HDR


B.    Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji                     
Subjektif:
a.       Klien mengatakan bahwa dirinya sering mengumpat dengan kata-kata kotor
b.      Klien mengatakan dendam dan jengkel
c.       Klien mengatakan ingin berkelahi
d.      Klien mengatakan selalu menyalahkan dan menuntut



Objektif:
a.       Mata melotot dan pandangan tajam
b.      Tangan mengepal
c.       Rahang mengatup
d.      Wajah memerah dan tegang
e.       Postur tubuh kaku
f.       Suara keras
IV.             Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
V.                Tindakan Keperawatan
Terlampir






















Daftar Pustaka

Keliat Budi Anna, Dkk (1998). Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. Jakarta : EGC
Stuart, G.W.SJ. (1988). Buku Saku Keperaweatan Jiwa. Jakarta : EGC
Towswnd, (1998). Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. Jakarta: EGC


























STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI

Masalah                : Perilaku Kekerasan
Pertemuan            : Ke-1 (pertama)

A.      Proses Keperawatan        
1.    Kondisi
Klien mengatakan dirinya suka marah-marah, Klien mengatakan dendam dan jengkel, Klien mengatakan ingin berkelahi, Klien mengatakan selalu menyalahkan dan menuntut.

2.    Diagnosis keperawatan
Perilaku Kekerasan

3.    Tujuan khusus/SP 1
1.         Klien dapat membina hubungan saling percaya
2.         Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya.
3.         Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
4.         Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku yang pernah dilakukannya.
5.         Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
6.         klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan
7.         Klien dapat mendemonstrasikan secara mengontrol perilaku kekerasan

4.      Tindakan keperawatan
1.      Bina hubungan saling percaya
2.      Diskusikan penyebab perilaku kekerasan
3.      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan
4.      Diskusikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
5.      Diskusikan akibat perilaku kekerasan
6.      Latih mencegah perilaku kekerasan dengan cara fisik : tarik nafas dalam
7.      Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian






B.     Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan
SP-1 Pasien : Perilaku Kekerasan
Pertemuan Ke-1
A.  Orientasi
1.      Salam Terapeutik
Selamat pagi bapak/ibu. Perkenalkan nama Saya Tarmizi Taher panggil saja saya dengan nama Tarmizi. Saya mahasiswa Keperawatan STIKES BANTEN yang akan merawat bapak. Saya bertugas disini dari tanggal 27 Juli-1 agustus 2015 dan dari jam 07.00-14.00 WIB. Jika ada sesuatu yang ingin bapak sampaikan jangan sungkan-sungkan untuk menyampaikan kepada saya. mudah mudahan saya bisa membantu. Kalau boleh saya tau nama Bapak siapa dan suka dipanggil siapa?.

2.      Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Tidurnya semalem nyenyak tidak? Apakah sekarang Bapak/Ibu ada keluhan tidak?

3.    Kontrak
a)    Topik
“Baiklah Bapak/Ibu,  hari ini kita akan berbincang-bincang iya pak?”“Bagaimana kalo hari ini kita berbincang-bincang tentang  apa yang bapak daus rasakan?”
b)   Waktu
“Berapa lama Bapak/Ibu mau berbincang bincang, bagaimana kalo 15 menit?”
c)    Tempat
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang di taman, di kantin atau di bangku depan?” Baik Bapak/Ibu kita akan berbincang-bincang ditaman ya?
B.   Kerja
“Apa yang menyebabkan bapak/Ibu marah?, Apakah sebelumnya bapak/Ibu pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak/Ibu melakukan semua kegiatan rumah dan mengurus semua anak tidak ada yang membantu(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang ibu rasakan?”
“apakah bapak/ibu merasakan kesal kemudian dada bapak/ibu berdebar-debar, mata melotot, rahang berkatup rapat dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak/ibu lakukan?, Apa kerugian cara yang bapak/ibu lakukan? Maukah bapak/ibu belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, bu. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
“Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
“Begini bapak/ibu, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak/Ibu rasakan maka bapak/Ibu berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan perlahan-lahan melaui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus...tahan, dan tiup melalui mullut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak/Ibu sudah bisa melakukannya, bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak/Ibu lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak/Ibu sudah terbiasa melakukannya”
“Sekarang kita buat jadwal ya bapak/Ibu, berapa kali sehari bapak/Ibu mau latihan tarik nafas dalam jika sedang merasa kesal/marah

C.     Terminasi
Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
1.      Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak/Ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2.      Evaluasi objektif
“Coba  bapak/Ibu sebutkan lagi, apa yang membuat ibu marah-marah?”
“Bagus kalau bapak/Ibu sudah tau?.

3.      Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)
Baiklah waktu kita sudah habis. Nanti coba bapak/Ibu ingat-ingat lagi ya penyebab marah yang lain?.

4.      Rencana tindak lanjut
“Bagaimana nanti sore kita lakukan latihan tarik nafas dalam lagi ya pak/bu sesuai jadwal yang kita buat tadi”



5.      Kontrak yang akan datang
(a)  Topik
bapak/Ibu bagaimana kalau besok kita berbincang tentang tanda dan gejala orang yang marah , atau perasaan bapak/ibu saat marah dan cara marah yang biasa bapak/Ibu lakukan?”
(b) Waktu
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok pukul 09.30 WIB, apakah bapak/Ibubersedia?”
(c)  Tempat:

“Kira-kira tempat yang enak buat kita berbicara besok dimana ya? Apa tetap disini atau pindah ke tempat lain? Sampai jumpa besok.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar