LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
I. Kasus (Masalah Utama)
Perilaku
Kekerasan
Pengertian
1. Perilaku
kekerasan merupakan suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan (stuart dan sundeen, 1995).
2. Perilaku
kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (berkowitz, dan
harnawati,1993).
3. Suatu
keadaan di mana individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik
baik terhadap diri sendiri atau orang lain. (towsend,1998).
II. Proses
Terjadinya masalah
A. Faktor
predisposisi
Menurut Townsend (1996) terdapat
beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang faktor predisposisi perilaku
kekerasan, diantaranya adalah teori biologik yang Berdasarkan teori biologik,
ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan perilaku
kekerasan,yaitu Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem
limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan
respons agresif, Pengaruh biokimia, menurut goldstein dalam townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmiter (epinefrin, norepinefrin, dopamin,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi dan menghambat
impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan norepinefrin serta penurunan
serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan serebrospinal merupakan faktor
predisposisi penting yang enyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang,
Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya
dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki oleh
penghuni penjara pelaku tindak kriminal (narapidana)., Gangguan otak, sindrom
otak organik berhubungan dengan berbagai gangguan serebral, tumor otak (khususnya
pada limbik dan lobus temporal), trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsi
(epilepsi lobus temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan
tindak kekerasan.
Selanjutnya jenis Teori psikologik
yaitu Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat
konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan
prestise yang dapat meningkatkan citra diri serta memberikan arti dlaam
kehidupannya. Teori lainnya berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindak
kekerasan merupakan pengungkapkan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri perilaku tindak kekerasan, Teori
pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari, individu
yang memiliki pengaruh bilogik terhadap perilaku kekerasan lebih cenderung
untuk dipengaruhi oleh contoh peran ekstrenal dibandingkan anak-anak tanpa
faktor predisposisi bilogik, Teori sosiokultural yaitu Kontrol masyarakat yang
rendah dan kecendrungan menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian
masalah dalam masyarakat merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku
kekerasan.
B. Faktor
presipitasi
Faktor presipitasi dapat dibedakan
menjadi faktor internal dan eksternal.yang pertama Internal adalah semua faktor
yang dapat menimbulkan kelemahan, menurunnya percaya diri, rasa takut sakit,
hilang kontrol dan lain-lain.yang kedua Eksternal adalah penganiayaan fisik,
kehilangan orang yang dicintai, krisis, dan lain-lain.
Menurut shives (1998) hal-hal yang
dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan yaitu Kesulitan kondisi
sosial ekonomi, Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu, Ketidaksiapan
seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya dalam menempatkan diri
sebagai orang yang dewasa, Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti
penyalahgunaan obat dan alkohol serta
tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi, Kematian anggota
keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan,
atau perubahan tahap perkembangan keluarga
C. Tanda
dan gejala
1.
Fisik: mata
melotot/pandangan tajam,tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan
tegang, serta postur tubuh kaku.
2.
Verbal: mengancam,
mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar, dan
ketus.
3.
Perilaku: menyerang
orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
ngamuk/agresif.
4.
Emosi: tidak adekuat,
tiadak aman dan nyaman, merasa tergangggu, dendam, jengkel, tidak berdaya,
bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5.
Intelektual:
mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang mengeluarkan
kata-kata bernada sarkasme.
6.
Spiritual: merasa diri berkuasa, merasa diri benar,
keragu-raguan, tidak bermoral, dan kreativitas terhambat.
7.
Sosial: menarik diri,
pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8.
Perhatian : bolos,
melariakn diri, dan melakukan penyimpangan seksual.
D. Rentang
respon
asertif frustasi pasif agresif kekerasan
keterangan:
1. Asertif
: individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan ketenangan.
2. Frustasi
: individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan
alternatif
3. Pasif
: individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
4. Agresif
: perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih
terkontrol
5. Kekerasan:
perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.
Perbandingan antara
perilaku asertif, pasif, dan agresif/ kekerasan:
|
Pasif
|
Asertif
|
Agresif
|
Isi pembicaraan
|
Negatif dan merendahkan diri, contohnya perkataan: “
dapatkah saya?”
“ dapatkah kamu?”
|
Positif dan menawarkan diri, contohnya perkataan : “
saya dapat....”
“saya akan...”
|
Menyombongakn diri, merendahkan orang lain,
contohnya perkataan :” kamu selalu....”
“ kamu tidak pernah..”
|
Tekanan suara
|
Cepat lambat, mengeluh
|
Sedang
|
Keras dan ngotot
|
Positif badan
|
Menundukkan kepala
|
Tegap dan santai
|
Kaku, condong ke depan
|
Jarak
|
Menjaga jarak dengan sikap acuh/ mengabaikan
|
Mempertahankan jarak yang aman
|
Siap dengan jarak akan menyerang orang lain
|
Penampilan
|
Loyo, tidak dapat tenang
|
Sikap tenang
|
Mengancam, posisi menyerang
|
Kontak mata
|
Sedikit/ lama sekali tidak
|
Mempertahankan kontak mata sesuai dengan hubungan
|
Mata melotot dan dipertahankan
|
E. Mekanisme
koping
Perawat perlu mengidentifikasi
mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan
mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan kemarahannya. Mekanisme koping yang umum
digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi,
proyeksi, represif, denial, dan reaksi formasi.
Perilaku kekerasan biasanya diawali
dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari seseorang karena di tinggal
oleh orang yang dianggap sangat berpengaruh dalam hidupnya. Bila kondisi
tersebut tidak diatasi , maka dapat menyebabkan seseorang rendah diri (harga
diri rendah), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila
ketidakmampuan bergaul dengan orang lain ini tidak di atasi akan memunculkan
halusinasi berupa suara-suara atau bayangan yang meminta klien untuk melakukan
tindak kekerasan. Hal tersebut dapat berdampak pada keselamatan dirinya dan
orang lain (risiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan)
Selain diakibatkan oleh berduka
yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang baik dalam menghadapi
kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif).
Hal ini tentunya menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau menimbulkan
kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen terapeutik
inefektif).
III. A.
Pohon masalah
Perilaku
kekerasan
|
Core
Problem
Causa
HDR
B. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu
dikaji
Subjektif:
a. Klien
mengatakan bahwa dirinya sering mengumpat dengan kata-kata kotor
b. Klien
mengatakan dendam dan jengkel
c. Klien
mengatakan ingin berkelahi
d. Klien
mengatakan selalu menyalahkan dan menuntut
Objektif:
a. Mata
melotot dan pandangan tajam
b. Tangan
mengepal
c. Rahang
mengatup
d. Wajah
memerah dan tegang
e. Postur
tubuh kaku
f. Suara
keras
IV.
Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
V.
Tindakan Keperawatan
Terlampir
Daftar Pustaka
Keliat
Budi Anna, Dkk (1998). Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. Jakarta : EGC
Stuart,
G.W.SJ. (1988). Buku Saku Keperaweatan Jiwa. Jakarta : EGC
Towswnd,
(1998). Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. Jakarta: EGC
STRATEGI
PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SETIAP HARI
Masalah : Perilaku Kekerasan
Pertemuan : Ke-1 (pertama)
A. Proses
Keperawatan
1. Kondisi
Klien mengatakan dirinya suka marah-marah,
Klien mengatakan dendam dan jengkel, Klien mengatakan ingin berkelahi, Klien mengatakan
selalu menyalahkan dan menuntut.
2. Diagnosis
keperawatan
Perilaku Kekerasan
3. Tujuan
khusus/SP 1
1.
Klien dapat membina
hubungan saling percaya
2.
Klien dapat
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya.
3.
Klien dapat
mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
4.
Klien dapat
mengidentifikasi jenis perilaku yang pernah dilakukannya.
5.
Klien dapat
mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
6.
klien dapat
mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan
7.
Klien dapat
mendemonstrasikan secara mengontrol perilaku kekerasan
4. Tindakan
keperawatan
1. Bina
hubungan saling percaya
2.
Diskusikan penyebab
perilaku kekerasan
3.
Diskusikan tanda dan
gejala perilaku kekerasan
4.
Diskusikan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan
5. Diskusikan
akibat perilaku kekerasan
6.
Latih mencegah perilaku
kekerasan dengan cara fisik : tarik nafas dalam
7.
Anjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. Proses
Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan
SP-1
Pasien : Perilaku Kekerasan
Pertemuan
Ke-1
A. Orientasi
1. Salam
Terapeutik
Selamat pagi bapak/ibu. Perkenalkan nama Saya
Tarmizi Taher panggil saja saya dengan nama Tarmizi.
Saya mahasiswa Keperawatan
STIKES BANTEN yang akan merawat bapak. Saya
bertugas disini dari tanggal 27
Juli-1 agustus 2015 dan dari jam 07.00-14.00 WIB. Jika ada sesuatu yang ingin bapak sampaikan
jangan sungkan-sungkan untuk menyampaikan kepada saya. mudah mudahan saya bisa
membantu. Kalau
boleh saya tau nama
Bapak siapa dan suka dipanggil siapa?.”
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana
perasaan Bapak/Ibu hari ini? Tidurnya semalem nyenyak tidak? Apakah sekarang
Bapak/Ibu ada keluhan tidak?”
3.
Kontrak
a) Topik
“Baiklah
Bapak/Ibu, hari ini kita akan
berbincang-bincang iya pak?”“Bagaimana kalo hari ini kita berbincang-bincang
tentang apa yang bapak daus rasakan?”
b)
Waktu
“Berapa lama Bapak/Ibu
mau berbincang bincang, bagaimana kalo 15 menit?”
c)
Tempat
“Dimana
enaknya kita berbincang-bincang di taman, di kantin atau di bangku depan?” Baik Bapak/Ibu kita akan berbincang-bincang ditaman ya?”
B. Kerja
“Apa yang menyebabkan bapak/Ibu marah?, Apakah
sebelumnya bapak/Ibu
pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?
“Pada saat penyebab marah itu ada,
seperti bapak/Ibu melakukan semua
kegiatan rumah dan mengurus semua anak tidak ada yang membantu(misalnya ini
penyebab marah pasien), apa yang ibu rasakan?”
“apakah bapak/ibu merasakan kesal kemudian dada bapak/ibu berdebar-debar,
mata melotot, rahang berkatup rapat dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak/ibu lakukan?, Apa
kerugian cara yang bapak/ibu
lakukan? Maukah bapak/ibu
belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol
kemarahan, bu. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan
fisik disalurkan rasa marah.”
“Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita
belajar satu cara dulu?”
“Begini bapak/ibu, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak/Ibu rasakan maka bapak/Ibu berdiri, lalu tarik
nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan perlahan-lahan melaui mulut
seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung,
bagus...tahan, dan tiup melalui mullut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak/Ibu sudah bisa
melakukannya, bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak/Ibu lakukan secara
rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak/Ibu sudah terbiasa
melakukannya”
“Sekarang kita buat jadwal ya bapak/Ibu, berapa kali sehari
bapak/Ibu mau latihan tarik
nafas dalam jika sedang merasa kesal/marah
C. Terminasi
Evaluasi
respons klien terhadap tindakan keperawatan
1.
Evaluasi subjektif
“Bagaimana
perasaan bapak/Ibu
setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2. Evaluasi
objektif
“Coba bapak/Ibu
sebutkan lagi, apa yang membuat ibu marah-marah?”
“Bagus kalau bapak/Ibu sudah tau?.
3.
Evaluasi perawat
(objektif dan reinforcement)
Baiklah waktu kita
sudah habis. Nanti coba bapak/Ibu
ingat-ingat lagi ya penyebab marah yang lain?.
4. Rencana
tindak lanjut
“Bagaimana nanti sore
kita lakukan latihan tarik nafas dalam lagi ya pak/bu sesuai jadwal yang kita buat tadi”
5. Kontrak
yang akan datang
(a) Topik
“bapak/Ibu bagaimana kalau
besok kita berbincang tentang tanda dan gejala orang yang marah , atau perasaan
bapak/ibu saat marah dan cara
marah yang biasa bapak/Ibu
lakukan?”
(b) Waktu
“Kira-kira
waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok pukul 09.30 WIB, apakah bapak/Ibubersedia?”
(c) Tempat:
“Kira-kira
tempat yang enak buat kita berbicara besok dimana ya? Apa tetap disini atau
pindah ke tempat lain? Sampai jumpa besok.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar