Kamis, 04 Februari 2016

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL dan STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI

LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

I.               Kasus (Masalah Utama)
Isolasi sosial
Suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan,pikiran,prestasi,atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain,yang di manifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang lain ( Balitbang,2007).
Merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup berbagi pengalaman (Balitbang, 2007).
Merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan maupun komunikasi dengan orang lain (Rawlins, 1993)
Jadi kesimpulannya dari para ahli diatas yakni isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak terima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.










II.       Proses Terjadinya Masalah
Pattern Of Parenting
(Pola asuh keluarga)
Ineffective Coping
(Koping individu tidak efektif)
Lack Of Development Task
(Gangguan Tugas perkembangan)
Stressor Internal And External
(Stress internal dan eksternal)
Misalnya :
Pada anak yang kelahirannya tidak di kehendaki akibat kegagalan KB, hamil diluar nikah, jenis kelamin yang tidak diinginkan, bentuk fisik kurang menawan menyebabkan keluarga mengeluarkan komentar negative, merendahkan dan menyalahkan anak.
Misalnya :
Saat individu menghadapi kegagalan, menyalahkan orang lain, ketidakberdayaan, menyangkal tidak mampu menghadapi kenyataan dan menarik diri dari lingkungan, terlalu tingginya self ideal dan tidak mampu menerima realitas dengan rasa syukur
Misalnya :
Kegagalan menjalin hubungan intim dengan sesama jenis atau lawan jenis, tidak mampu mandiri dan menyelesaikan tugas, bergaul, bekerja , sekolah menyebabkan ketergantungan pada orang tua, rendahnya ketahanan terhadap berbagai kegagalan.
Misalnya :
Stress terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya, ansietas terjadi akibat berpisah dengan orang terdekat, hilangnya pekerjaan atau orang yang dicintai.
Harga Diri Rendah
     Isolasi Sosial



A.           Faktor Predisposisi
1.    Faktor Tumbuh Kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus di penuhi agar tidak terjadi perkembangan yang harus di penuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan social.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan social nantinya akan dapat menimbulkan masalah.
Tahap Perkembangan
Tugas
Masa Bayi
Menetapkan rasa percaya
Masa Bermain
Mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri
Masa Prasekolah
Belajar menunjukkan inisiatif, rasa tanggung jawab, dan hati nurani
Masa Sekolah
Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan berkompromi
Masalah Praremaja
Menjalin hubungan intim dengan teman sesama jenis kelamin
Masa Remaja
Menjadi intim dengan teman lawan jenis atau bergantung pada orang tua
Masa Dewasa Muda
Menjadi saling bergantung antara orang tua dan teman, mencari pasangan, menikah, dan mempunyai anak
Masa Tengah Baya
Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah dilalui
Masa Dewasa Tua
Berduka karena kehilangan dan mengembangkan perasaan keterikatan  dengan budaya





2.    Faktor Komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan factor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan social. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidak jelasan (double bind) yaitu suatu keadaan di mana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.

3.    Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu factor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini di sebabkan oleh norma-norma yang salah di anut oleh keluarga di mana anggota yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis, dan penyandang cacat di asingkan dari lingkungan sosialnya.

4.    Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu factor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan social. Organ tubuh yang dapat memengaruhi terjadinya gangguan hubungan social adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami struktur perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik dan daerah kortikal.

B.            Faktor Presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan social yang dapat menimbulkan oleh factor internal dan eksternal seseorang factor stresorpresipitasi dapat di kelompokan sebagai berikut.
1.         Faktor Eksternal
Contohnya adalah stressor social budaya, yaitu stress yang di timbulkan oleh factor social budaya seperti keluarga.
2.         Faktor Internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat ansistensi yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasi. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan individu.

C.            Rentang Respon
  Respon Adaptif                                                                    ResponMaladaptif
Solitude
Otonomi
Kebersamaan
Saling ketergantungan
Manipulsif
Impulsive
narkisisme
Kesepian
Menarik diri
Ketergantungan
 





Berikut ini akan di jelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi social
1        Respons Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat di terima oleh norma-norma social budaya secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap yang termasuk respon adaptif.
a.       Solitude adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk menentukan apa yang telah dilakukan, dilindungi sosialnya dan merupakan suatu cara untuk menentukan langkah selanjutnya.
b.      Otonomi adalah kemampuan individu untuk   menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran dan perasaan dalam berhubungan social
c.       Kebersamaan adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan  menerima
d.      Saling Ketergantungan adalah ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal
2.      Respon Maladaptif
Respon maladaptive adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptife.
a.       Manipulasi
1.      orang lain diperlakukan seprti objek
2.      hubungan terpusat pada masalah pengendalian
3.      individu berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain
b.      Narkisisme
1.      harga diri yang rapuh
2.      secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian
3.      sikap egosentris
4.      pencemburu
5.      marah jika orang lain tidak mendukung
c.       Impulsif
1.      tidakmampu merencanakan sesuatu
2.      tidak mampu belajar dari pengalaman
3.      penilaian yang buruk
4.      tidak dapat diandalkan

D.           Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2007, hlm. 281) individu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas.Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik yaitu sebagai berikut:
1.         Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisocial
a.         Proyeksi merupakan keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosikepada orang lain karena kesalahan sendiri. (Rasmun, 2004, hlm. 35)
b.        Spliting atau memisah merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk. (Rasmun, 2004, hlm. 36)
2.         Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang
a.         Splitting
b.        Formasi reaksi
c.         Proyeksi
d.        Isolasi merupakan perilaku yang menunjukan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain. (Rasmun, 2004, hlm. 32)
e.         Idealisasi orang lain
f.         Merendahkan orang lain
g.         Identifikasi proyeksi

III.        A. Pohon Masalah

Effect                         Resiko Gsp:Halusinasi
Isolasi Sosial
 


Core Problem

Cause                             Harga diri rendah


B.  Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji
a.         Masalah Keperawatan   : Isolasi Sosial
b.        Data yang perlu dikaji
Data Subjektif :
a.       Ny.m  saat diajak untuk berkomunikasi terkadang  diam, menunduk dan kontak mata yang kosong saat perbincangan dihentikan
b.      Tn.M lebih suka menyendiri daripada berbincang-bincang dengan orang lain

Data Objektif :
a.       Klien tampak diam menyendiri
b.      kontak mata kurang
IV.        Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial

I.               Rencana Tindakan Keperawatan
Terlampir




DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC

Keliat, Budi Anna. 1999. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial : Menarik Diri. Jakarta : FIK UI

Hartono, Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika





















STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI
A.           Masalah
Isolasi Sosial

B.            Pertemuan
Ke -1 (Pertama)

C.            Proses Keperawatan
1.    Kondisi Klien
Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain karena malas,aktivitas klien lebih sering menyendiri,melamun,terlihat murung dan gelisah saat perawat berbicara dengan klienkurang ada kontak mata dari klien.

2.    Diagnosis Keperawatan
Isolasi sosial

3.    Tujuan Khusus / SP 1
a.         Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b.         Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
c.         Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri
d.        Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap
e.         Klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan social

4.    Tindakan Keperawatan
1.    Bina hubungan saling percaya
2.    Identifikasi penyebab isolasi social pasien
3.    Diskusikan dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
4.    Diskusikan dengan pasien kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
5.    Ajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6.    Anjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam jadwal kegiatan harian

5.             Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan
A.       Orientasi
1.         Salam Teraupeutik
 Selamat pagi bapak/ibu. Perkenalkan nama Saya Tarmizi Taher panggil saja saya dengan nama Tarmizi. Saya mahasiswa Keperawatan STIKES BANTEN yang akan merawat bapak. Saya bertugas disini dari tanggal 27 Juli-1 agustus 2015 dan dari jam 07.00-14.00 WIB. Jika ada sesuatu yang ingin bapak sampaikan jangan sungkan-sungkan untuk menyampaikan kepada saya. mudah mudahan saya bisa membantu. Kalau boleh saya tau nama Bapak siapa dan suka dipanggil siapa?.”

2.         Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini ?”
3.         Kontrak
a.    Topik   : “Senang ya bisa berkenalan dengan Ibu/Bapak hari ini,bagaimana kalau kita berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus membicarakan tentang bidang/hobby yang bapak sukai?
b.    Waktu : “Berapa lama Bapak/Ibu ingin berbincang-bincang dengan saya ? bagaimana kalo 10 menit saja ? jam berapa Bapak/ibu ingin memulainya ?
c.    Tempat     :”Ingin dimana Bapak/Ibu berbincang-bincang dengan saya ? bagaimana kalo di ruang makan ?
d.   Tujuan : “Agar Ibu/Bapak dengan orang lain dapat saling mengenal”

B.     Kerja
1.“Apa yang membuat Bapak/Ibu tidak  suka bergaul dengan orang lain?”
2.“Apakah karena sikap atau perilaku orang lain terhadap Bapak/Ibu atau ada alasan lain ?”
3.“Apakah keuntungannya kalau kita  punya banyak teman ?”
4.“Menurut Bapak/Ibu, apakah kerugiannya  kalau kita tidak punya teman
5.“Cara berkenalan :Nama,suka dipanggil siapa,Hobby dan alamat atau asal?”

C.     Terminasi
Evaluasi respons klien berharap tindakkan keperawatan
a.       Evaluasi klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah berkenalan dengan saya ?”

b.      Evaluasi perawat (objektif)
“Coba Bapak/Ibu ulangi cara berkenalan yang tadi bapak/ibu sudah lakukan?”

c.       Rencana Tindak Lanjut (reinforcement)
“Baik Bapak/ibu sekarang kita bisa masukan ke dalam jadwal    harian :Bapak/ibu kapan saja mau berkenalan:Saya harap nanti Bapak/ibu bisa  lakukan sesuai jadwal disini?”

d.      Kontrak yang Akan Datang
a.    Topik       :“Bagaimana kalau besok kita belajar mengenai caraberkenalan dengan satu orang .”
b.    Waktu      : “ Bapak/Ibu inginnya jam berapa ? Bagaiman kalau jam 13.00, setelah Bapak/ibu makan siang ?”

c.    Tempat     : “ Dimana nanti kita bercakap-cakap ? Bagaimana kalau disini saja diruang makan ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar