LAPORAN
PENDAHULUAN
GSP : HALUSINASI
I. Kasus (Masalah Utama)
Gsp;
Halusinasi
Individu
menginterpretasikan stresor yang tidak ada stimulus dari lingkungan (Depkes RI,
2000).
Suatu
keadaan dimana seseorang mengalami perubahan pada pola stimulus yang mendekat
(yang diprakarsai secara internal dan eksternal) disertai dengan suatu
pengurangan berlebih-lebihan atau kelainan berespons terhadap stimulus
(Towsend, 1998).
Gangguan
sensori persepsi adalah suatu kondisi dimana individu atau kelompok menjalani
atau beresiko mengalami perubahan dalam jumlah dan pola atau interpretasi
terhadap stimulus yang masuk (Carpenito Lynda Juall, 2002).
Jadi,
Perubahan persepsi sensori: halusinasi bisa juga diartikan sebagai persepsi
sensori tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa
adanya rangsangan dari luar meliputi semua sistem penginderaan (pendengaran,
penglihatan penciuman, perabaan atau pengecapan).
II.
Proses Terjadinya
Masalah
A. Faktor
predisposisi
Faktor
risiko yang memengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh
individu untuk mengatasi stres.Diperoleh baik dari klien maupun
keluarganya.Faktor predisposisi dapat meliputi faktor perkembangan,
sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetik.
Jika
tugas perkembangan mengalami hambatan interpersonal terganggu, maka individu
akan akan mengalami stres dan kecemasan. Hal Ini dinamakan Faktor perkembangan
Berbagai
faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan, sehingga
orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang membesarkannya.Hal ini disebut
faktor sosiokultural.
Dari
segi Faktor biokima, mempunyai
pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami stres yang
berlebihan, maka didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimethytranferase (DMP).Faktor
psikologis, hubungan
interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda bertentangan yang
sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stres dan kecemasan yang
tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas.
Gen yang berpengaruh dalam
skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor
keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
B. Faktor
presipitasi
Stimulus yang dipersepsikan oleh
individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra
untuk menghadapinya.Adanya rangsangan dari lingkungan seperti partisipasi klien
dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di
lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus
terjadinya halusinasi.Hal tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
C. Jenis-jenis
halusinasi
1. Halusinasi
dengar
Klien
mendengarkan suara/bunyi yang tidak ada hubungannya dengan stimulus yang
nyata/lingkungan.
2. Halusinasi
penglihatan
Klien
melihat gambaran yang jelas/samar terhadap adanya stimulus yang nyata dari
lingkungan dan orang lain tidak melihatnya.
3. Halusinasi
penciuman
Klien
mencium suatu bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata.
4. Halusinasi
pengecapan
Klien
merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa makanan yang tidak
enak.
5. Halusinasi
perabaan
Klien
merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa ada stimulus yang nyata.
6. Halusinasi
kinestetik
Klien
merasa badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota badannya bergerak.
7. Halusinasi
visceral
Perasaan
tertentu timbul dalam tubuhnya.
D. Tahapan
halusinasi
1) Tahap
I (Non-psikotik)
Pada
tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat
orientasi sedang.Secara umum pada tahap ini halusinasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi klien.
Karakteristik :
a.
Mengalami kecemasan,
kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan.
b.
Mencoba berfokus pada
pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan.
c.
Pikiran dan pengalaman
sensorik masih ada dalam kontrol kesadaran.
Perilaku
yang muncul :
a.
Tersenyum dan tertawa
sendiri.
b.
Menggerakkan bibir
tanpa suara.
c.
Pergerakan mata yang
cepat.
d. Respons
verbal lambat, diam dan berkonsentrasi.
2) Tahap
II (Non-psikotik)
Pada
tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat kecemasan
berat.Secara umum halusinasi yang ada dapat menyebabkan antipati.
Karakteristik :
a.
Pengalaman sensori
menakutkan atau merasa dilecehkan oleh pengalaman tersebut.
b.
Mulai merasa kehilangan
kontrol.
c.
Menarik diri dari orang
lain.
Perilaku
yang muncul :
a.
Terjadi peningkatan
denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah.
b.
Perhatian terhadap
lingkungan menurun.
c.
Konsentrasi terhadap
pengalaman sensoripun menurun.
d. Kehilangan
kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan realita.
3) Tahap
III (Psikotik)
Klien
biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan berat, dan
halusinasi tidak dapat ditolak lagi.
Karakteristik :
a. Klien
menyerah dan menerima pengalaman sensorinya.
b. Isi
halusinasi menjadi atraktif.
c. Klien
menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir.
Perilaku
yang muncul :
a. Klien
menuruti perintah halusinasi.
b. Sulit
berhubungan dengan orang lain.
c. Perhatian
terhadap lingkungan sedikit atau sesaat.
d. Tidak
mampu mengikuti perintah yang nyata.
e. Klien
tampak tremor dan berkeringat.
4) Tahap
IV (Psikotik)
Klien sudah
sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat panik.
Perilaku yang muncul :
a.
Resiko tinggi
mencederai.
b.
Agitasi/kataton.
c. Tidak
mampu merespons rangsangan yang ada.
E. Rentang
respon
Rentag respon maladaptif
|
Rentag respon adaptif
|
1. Pikiran
kadang menyimpang ilusi
2. Reaksi
emosional
3. Berlebihan
atau kurang
4. Perilaku
ganjil atau tak lajim
5. Menarik
diri
|
1. Kelainan
pikiran atau halusinasi
2. Ketidakmampuan
untuk mengalami emosi ketidakteraturan.
3. Isolasi
Sosial
|
1. Pikiran
Logis Persepsi
2. Kurat
Emosi Konsisten
3. Dengan
Pengalaman
4. Perilaku
Sesuai hubungan sosial
|
1. Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan
koheren.
2. Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui
panca indra yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar
tentang sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya.
3. Emosi konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten
atau afek keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung
tidak lama.
4. Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam penyelesaian
5. masalah masih dapat diterima oleh norma-norma social dan
budaya umum yang berlaku.
6. Hubungan social harmonis: yaitu hubungan yang dinamis
menyangkut hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam
bentuk kerjasama.
7. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari
persepsi impuls eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran
sensorik pada area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan
kejadian yang telah dialami sebelumnya.
8. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau
afek keluar berlebihan atau kurang.
9. Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu
berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma –
norma social atau budaya umum yang berlaku.
10. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa
tindakan nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma
sosial atau budaya umum yang berlaku.
11. Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
12. Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan
sosial dalam berinteraksi
F. Mekanisme
koping
Perilaku
yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dan pengalaman yang
manakutkan berhubungan dengan respon neurobiologik yaitu:
1. Regresi
berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menaggulangi
ansietas , hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal untuk aktivitas
sehari-hari.
2. Proyeksi
sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3. Menarik
diri.
III.
A. Pohon
Masalah
Resiko tinggi perilaku kekerasan
|
Gsp; Halusinasi
|
Isolasi sosial
|
Core problem
Cause
B.
Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji
1.Masalah
keperawatan: Gsp;
Halusinasi pendengaran
2.Data
Subjektif:
a) Klien
mengatakan mendengar sesuatu.
b) Klien
mengatakan dirinya seperti disengat.
c) Klien
mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti feses.
d) Klien
mengatakan kepalanya melayang diudara.
e) Klien
mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang berbeda pada dirinya.
3.Data
Objektif:
a) Klien
terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji.
b) Bersikap
seperti mendengarkan sesuatu.
c) Berhenti
bicara ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
d) Disorientasi.
e) Konsentrasi
rendah.
f) Pikiran
cepat berubah-ubah.
g) Kekacauan
alur pikiran.
IV.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori
Persepsi : Halusinasi pendengaran
V.
Rencana Tindakan
Keperawatan
Terlampir
Daftar Pustaka
Keliat, Budi Anna. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi
2. Jakarta:EGC
Hartono, Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN SETIAP HARI
A.
Masalah
Gsp; Halusinasi
B.
Pertemuan
Ke
-1 (Pertama)
C.
Proses Keperawatan
1.
Kondisi
Klien
Klien terlihat
bicara, marah-marah tanpa sebab, mendekatkan telinga ke arah tertentu dan
menutup telinga.Klien mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan,
mendengar suara yang mengajaknya bercakap-cakap dan mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang berbahaya.
2.
Diagnosa
Keperawatan
Gangguan
Sensori Persepsi : Halusinasi
3.
Tujuan
Khusus (SP1)
a.
Klien
dapat membina hubungan saling percaya.
b.
Klien
dapat mengenali halusinasinya.
c.
Klien
dapat mengontrol halusinasinya.
4. Rencana Tindakan Keperawatan
a.
Bina
hubungan saling percaya.
b.
Identifikasi
isi halusinasi.
c.
Identifikasi
waktu terjadinya halusinasi.
d.
Identifikasi
frekuensi halusinasi.
e.
Identifikasi
situasi yang menimbulkan halusinasi.
f.
Identifikasi
respons pasien terhadap halusinasi.
g.
Ajarkan
pasien menghardik halusinasi.
h.
Anjurkan
pasien memasukan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian.
5. Proses
Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan
A.
Orientasi
1.
Salam Teraupeutik
Selamat
pagi bapak/ibu. Perkenalkan nama Saya
Tarmizi Taher panggil saja saya dengan nama Tarmizi.
Saya mahasiswa Keperawatan
STIKES BANTEN yang akan merawat bapak. Saya
bertugas disini dari tanggal 27
Juli-1 agustus 2015 dan dari jam 07.00-14.00 WIB. Jika ada sesuatu yang ingin bapak sampaikan
jangan sungkan-sungkan untuk menyampaikan kepada saya. mudah mudahan saya bisa
membantu. Kalau
boleh saya tau nama
Bapak siapa dan suka dipanggil siapa?.”
2.
Evaluasi/validasi
“Bagaimana
perasaan Bapak/Ibu hari ini ?”
3.
Kontrak
a. Topik : “Senang
ya bisa berkenalan dengan Ibu/Bapak hari ini, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal
sekaligus membicarakan tentang bidang/hobby yang bapak/ibu sukai?
b. Waktu : “Berapa
lama Bapak/Ibu ingin berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalo 10 - 15
menit saja?. Jam berapa Bapak/ibu ingin memulainya?
c. Tempat :”Ingin
dimana Bapak/Ibu berbincang-bincang dengan saya? bagaimana kalau diruang makan
?
4.
Tujuan
Interaksi:
Agar saling
mengenal
2. Kerja
1.
“Sudah
berapa lama bapak/ibu dirawat ?”
2.
“Bapak/Ibu tahu tidak kalau
berdiam diri dikamar terus menerus bisa berbahaya?”
3.
“Apa
suara yang bapak/ibu dengar?”
4.
“Kapan suara itu muncul?”
5.
“Apa yang bapak/ibu lakukan
saat mendengar suara itu?”
6.
“Bagaimana bapak/ibu mengatasi
suara-suara itu?”
7.
“Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu
muncul?”.
8.
“Ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut misal; ” denga menutup kedua telinga dengan bilang,
”Saya tidak mau dengar pergi-pergi”. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat
minum obat dengan teratur.”
3. Terminasi
Evaluasi
respons klien berharap tindakkan keperawatan
a. Evaluasi
klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah
berkenalan dengan saya ?”
b.
Evaluasi
Objektif
“Coba bapak/ ibu
ulangi lagi bagaimana cara menghardikyang tadibapak/ibu
sudah lakukan?”
c. Rencana
Tindak Lanjut (reinforcement)
“Baik Bapak/ibu
sekarang kita bisa membuat
jadwal harian, kapan saja bapak/ibu ingin
menghardik dan saya harap bapak/ibu bisa
lakukan sesuai jadwalyang sudah
dibuat”
d.
Kontrak yang Akan
Datang
a. Topik :“Bagaimana kalau besok kita belajar tentang bagaimana bapak/ibu mengatasi ketika suara-suara itu muncul dengan bercakap-cakap .”
b. Waktu : “ Bapak/Ibu inginnya jam berapa ? Bagaiman kalau jam 13.00,
setelah Bapak/ibu makan siang ?”
c. Tempat : “ Dimana nanti kita bercakap-cakap ? Bagaimana kalau disini
saja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar