Kamis, 04 Februari 2016

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PROSES PIKIR; WAHAM dan STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PROSES PIKIR; WAHAM

I.     Masalah Utama
Gangguan Proses Pikir: Waham
Pengertian
a.       Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal ( Stuart dan Sundenn, 1998).
b.      Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Kenyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Depkes RI, 2000).
c.       Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan peniliaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal melalui proses intraksi atau informasi secara akurat (Budi Ana Keliat,1999).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa waham adalah suatu keyakinan yang salah atau tidak sesuai dengan kenyataan tetapi tetap dipertahankan.

II.  Proses Terjadinya Masalah
A.    Faktor Predisposisi
Faktor Predisposisiada 5 jenis: (1). Faktor perkembangan, (2) faktor sosial budaya, (3) Faktor Psikologis, (4) Faktor biologis dan (5) faktor genetik. Faktor perkembangan pasti akan mengganggu hubungan interpersonalnya akan meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien akan menekan perasaannya sehingga fungsi intelektual dan emosinya tidak akan efektif. Faktor sosial budaya, contohnya seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian lama kelamaan akan menyebabkan timbulnya waham. Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda dalam keluarga dapat menimbulkan ansietas dan lama kelamaan akan berakhir dengan peningkatan terhadap kenyaaan. Waham diyakini terjadi karena atrofi otak, pembesaran ventrikel diotak atau perubahan pada sel kortikal dan limbik, serta diturunkan karena adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon biologis.

B.     Faktor Presipitasi
Faktor predisposisi dibagi menjadi 3 bagian: (1) Faktor sosial budaya, (2) Faktor biokimia, (3) Faktor psikologis. Biasanya yang memicu terjadinya waham adalah karena ada perpisahan dengan orang berarti atau bisa saja karena diasingkan dari suatu kelompok, kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi masalah sehingga terkadang seseorang menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan juga bisa mengakibatkan waham. Obat-obatan seperti dopamin, norepineprin dan zat halusinogen lainnya juga menjadi penyebab waham pada seseorang.

C.     Jenis-jenis Waham
a.    Waham Agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyatanaan.
Contoh:
“Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari,” atau klien mengatakan bahwa dirinya adalah Tuhan yang dapat mengendalikan makhluknya.
b.    Waham Kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau berlebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“Saya ini pejabat di Departemen Kesehatan lho...”
“Saya punya tambang emas!”
c.    Waham Curiga
Keyakinan bahwa seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai diriya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“Saya tahu... semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka semua iri dengan kesuksesan yang saya alami.”
d.   Waham Somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggau atau terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
Klien selalu mengatakan bahwa dirinya sakit kanker namun setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan adanya sel kanker pada tubuhnya.
e.    Waham Nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.”

D.    Fase-fase
Proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1.      Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.

2.      Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.

3.      Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.

4.      Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5.      Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

6.      Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.











E.     Rentang Respon

Respon Adaptif                                                             Maladaptif


·      Kadang proses pikir terganggu
·      Ilusi
·      Emosi berlebihan
·      Berperilaku yang tidak biasa
·       Menarik diri

·      Gangguan isi pikir halusinasi
·      Perubahan proses emosi
·      Perilaku tidak terorganisasi
·      Isolasi sosial

·      Pikiran logis
·      Persepsi akurat
·      Emosi konsisten dengan pengalaman
·      Perilaku sesuai
·      Hubungan sosial harmonis
 


                                                                                 





F.      Mekanisme Koping
a.       Denial           : Menghindari kenyataan yang tidak diinginkan.
b.      Proyeksi        : Mengatakan harapan, pikiran, perasaan, motivasi sendiri sebagai harapan.
c.       Disosiasi        : Memisahkan diri dari lingkungan.

III.   A. Pohon Masalah

Effect                                Kerusakan Komunikasi Verbal

Gangguan  Proses Pikir: Waham
 



Core Problem                 

 


Causa      
                                                     Harga diri Rendah



B. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji                     
Subjektif:
a. Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat.
b. Klien mengatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus.
Objektif
a. Klien terus berbicara tentang kemampuan yang dimilikinya.
b. Pembicaraan klien cenderung berulang-ulang.
c. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.

IV.   Diagnosa Keperawatan
Gangguan proses pikir: waham

V.      Rencana Tindakan Keperawatan
Terlampir



















Daftar Pustaka

Keliat Budi Anna, Dkk (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart, G.W.SJ. (1988). Buku Saku Keperaweatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuard & Sundeen,(1998). Asuhan Keperawatan Gangguan Proses Pikir. Jakarta: EGC
































STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI

Masalah                : Gangguan Proses Pikir: Waham
Pertemuan            : Ke-1 (pertama).

A.      Proses Keperawatan     
1.   Kondisi
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang adalah seorang profesor, klien terus berbicara tentang penemuanya, klien mengatakan bahwa iaseorang professor yang menemukan gigi kembar, pembicaraan klien cenderung berulang-ulang dan isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.

2.   Diagnosis keperawatan
Gangguan Proses Pikir: Waham

3.   Tujuan khusus/SP 1
1.    Klien dapat membina hubungan saling percaya
2.    Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
3.    Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
4.    Klien dapat dapat berhubungan dengan realita
5.    Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam peraewatan
6.    Klien dapat menggunakan obat dengan benar

4.      Tindakan keperawatan
1.    Bina hubungan saling percaya
2.    Bantu orientasi realita
3.    Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
4.    Bantu pasien memenuhi kebutuhannya
5.    Anjurkan pasien memasukkan alam jadwal kegiatan harian



                                      

B.     Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan
SP-1 Pasien : Gangguan Proses Pikir: Waham
Pertemuan Ke-1
A.  Orientasi
1.      Salam Terapeutik
Selamat pagi bapak/ibu. Perkenalkan nama Saya Tarmizi Taher panggil saja saya dengan nama Tarmizi. Saya mahasiswa Keperawatan STIKES BANTEN yang akan merawat bapak. Saya bertugas disini dari tanggal 27 Juli-1 agustus 2015 dan dari jam 07.00-14.00 WIB. Jika ada sesuatu yang ingin bapak sampaikan jangan sungkan-sungkan untuk menyampaikan kepada saya. mudah mudahan saya bisa membantu. Kalau boleh saya tau nama Bapak siapa dan suka dipanggil siapa?.


2.      Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak/ibu hari ini? Tidurnya semalem nyenyak tidak? Apakah yang Bapak/iburasakan?

3.        Kontrak
a.       Topik
“Baiklah pak/bu,  hari ini kita akan bercakap-cakap ya pak/bu?”“Bagaimana kalau hari ini kita bercakap-cakap tentang  apa yang bapak/ibu rasakan?”          
b.      Waktu
“Berapa lama bapak/ibu mau berbincang bincang, bagaimana kalo 5-15 menit?”
c.       Tempat
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, di taman, di kantin atau di bangku depan?” Baik bapak kita akan berbincang-bincang ditaman ya?

d.      Tujuan Interaksi
    “Bapak/Ibu tujuan kita berbincang-bincang agar saling mengenal”

B.       Kerja
“Sekarang saya ingin bertanya tentang apa yang bapak daus rasakan, saya mengerti bapak daus merasa bahwa bapak daus adalah seorang millioner tapi sulit bagi saya untuk mempercayainya karna setau saya  seorang milioner itu adanya bukan dirumah sakit”
 “ Bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus pak,tampaknya bapak daus merasa gelisah sekali bisa bapak ceritakan apa yang bapak rasakan ?”
“Oh…jadi bapak daus merasa takut untuk dikucilkan dan dijauhi oleh orang lain, siapa yang menurut bapak yang pertama yang akan menjauhi bapak? “
“Tadi saudara, istri dan anak-anak bapak yang akan menjauhi bapak??..
“Kalo bapak sendiri inginnya seperti apa?”
“baiklah pak, nanti kita buat jadwal harian ya untuk mengetahui kegiatan apa saja yang bapak lakukan”
“Wah ….bagus sekali, jadi tiap harinya bapak ingin ada kegiatan diluar kamar, karna bosan ya pak kalo di dalam terus?”

C.       Terminasi
Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
1.      Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak dengan pembicaraan kita tadi? Apakah bapak merasa senang?”
2.      Evaluasi objektif
“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan?”
3.      Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)
Rencana tindak lanjut  (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang telah dilakukan)
4.      Rencana tindak lanjut
“baik Bapak tadi kita sudah berdiskusi tentang pengalaman bapak. Sekarang  Tugas untuk Bapak yaitu mengikuti kegiatan lain seperti bermain badminton, nanti pada pertemuan selanjutnya saya akan melihat jadwal kegiatan  Bapak ya ?, mari kita masukan ke dalam jadwal kegiatan hariannya ya Bapak/Ibu”.
5.      Kontrak yang akan datang
(a)    Topik
“Bapak bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang kemampuan yang pernah bapak miliki?”
(b)   Waktu
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok pukul 09.30 WIB, apakah bapak bersedia?”
(c)    Tempat:

“Kira-kira tempat yang enak buat kita berbicara besok dimana ya? Apa tetap disini atau pindah ke tempat lain? Sampai jumpa besok.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar