MAKALAH SISTEM REPRODUKSI PRIA
SISTEM REPRODUKSI PRIA
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI
TUGAS MATAKULIAH
Bahasa Indonesia
Keilmuan
Oleh:
M. Tarmizi Taher
120210039
STIKES BANTEN
S1 KEPERAWATAN NERS
27 SEPTEMBER 2014
Dartar
Isi
BAB I PENDAHUUAN
Latar
belakang.....................................................................................................................1
Rumusan
Masalah...............................................................................................................2
Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem
dan Kelenjar Reproduksi Pria............................................................................3
Organ reproduksi dalam.................................................................................................3
Organ rerpoduksi dalam.................................................................................................4
Kelenjar kelamin pria.....................................................................................................6
Spermatogenesis.............................................................................................................7
B. Hormon
Reproduksi Pria...............................................................................................9
Penentuan Jenis Kelamin
Anak Hasil
Fertilisasi..........................................................11
C. Kesehatan
Reproduksi Pria.........................................................................................13
Andologi
Klinik..........................................................................................................13
Andropause pada
pria..................................................................................................14
Penyakit pada organ reproduksi
pria...........................................................................16
Pencegahan untuk mencegah penyakit pada reproduksi
pria......................................18
BAB III PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................................................19
Saran..................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah
satu ciri makhluk hidup adalah berkembang biak, atau melakukan reproduksi.
Reproduksi melibatkan suatu sistem dalam tubuh, yaitu sistem reproduksi. Sistem
reproduksi melibatkan organ reproduksi. Tujuan utama makhluk hidup melakukan
reproduksi adalah untuk melestarikan jenisnya agar tidak punah. Apa yang akan
terjadi dengan manusia misalnya, jika tidak bisa melakukan reproduksi? Tentu
lama kelamaan manusia akan punah.
Kemampuan
reproduksi tergantung pada hubungan antara hypothalamus, hipofisis bagian
anterior, organ reproduksi, dan sel target hormon. Proses biologis dasar
termasuk perilaku seksual dipengaruhi oleh faktor emosi dan sosiokultural
masyarakat. Di sini, yang akan difokuskan adalah fungsi dasar seksual sistem
reproduksi di bawah kontrol syaraf dan hormon.
Sistem
reproduksi meliputi kelenjar (gonad) dan saluran reproduksi. Organ reproduksi
primer atau gonad terdiri dari sepasang testes pada pria dan sepasang ovarium
pada wanita. Gonad yang matang berfungsi menghasilkan gamet (gametogenesis) dan
menghasilkan hormon seks, khususnya testosteron pada pria dan estrogen &
progesteron pada wanita. Setelah gamet diproduksi oleh gonad, ia akan melalui
saluran reproduksi (sistem duktus). Pada wanita juga terdapat payudara yang
termasuk organ pelengkap reproduksi. Bagian eksternal sistem reproduksi sering
juga disebut genitalia eksternal.
Seiring
perkembangan teknologi dan zaman, reproduksi juga merupakan objek utama untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Sebagai contoh, manusia mengembangkan teknologi
reproduksi berupa bayi tabung untuk mengatasi masalah pasangan suami istri yang
tidak memiliki anak dan juga inseminasi buatan pada hewan untuk memperoleh
keturunan hewan yang diinginkan. Selain perkembangan teknologi, kita juga
sering mendengar atau membaca informasi mengenai berbagai penyakit yang
berhubungan dengan sistem reproduksi. Berbagai penyakit sistem reproduksi ini tentunya
harus kita cegah agar manusia tetap dapat memperoleh keturunan. Satu hal yang
penting bagi generasi muda adalah menjaga kesehatan reproduksi agar tidak
terkena penyakit pada sistem reproduksi.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana
sistem dan kelenjar pada reproduksi pria?
b. Apa
saja hormon yang mempengaruhi reproduksi pria?
c. Apa
saja gangguan penyakit yang bisa menyerang reproduksi pria?
d. Bagaimana
pencegahan penyakit yang menyerang sistem reproduksi pria?
Tujuan
Makalah
ini dimaksudkan untuk membahas segala tentang reproduksi pria, baik konsep
reproduksi, alat reproduksi, hormon reproduksi, penyakit reproduksi dan cara
penyembuhannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sistem
dan Kelenjar Reproduksi Pria
Organ reproduksi luar
1. Penis (zakar)
Penis
terdiri dari:
·
akar (menempel pada didnding perut)
·
badan (merupakan bagian tengah dari
penis)
·
glans penis (ujung penis yang berbentuk
seperti kerucut).
Lubang
uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di umung glans penis.
Dasar gland penis disebut korona. Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi),
kulit depan (preputium) membentang mulai dari korona menutupi glans penis.
Badan penis
terdiri dari 3 rongga silindris (sinus) jaringan erektil:
·
2 rongga yang berukuran lebih besar
disebut korpus kavernosus, terletak bersebelahan.
·
rongga yang ketiga disebut korpus
spongiosum, mengelilingi uretra. Jika rongga tersebut terisi darah, maka penis
menjadi lebih besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi).
Penis pria berbentuk batang
dan merupakan organ untuk senggama bagi pria
yang berfungsi untuk menyalurkan cairan mani (semen) yang mengandung
sel-sel spermatozoa ke dalam
vagina wanita. Penis terdiri atas
jaringan otot. Jaringan otot, jaringan
spons yang lembut, pembuluh darah dan jaringan saraf. Penis digantung
dibagian tengahnya oleh ligamen suspensorium penis ke arah simpis pubis
dan pangkalnya disebut bulbopenis melekat otot-otot serta ligamen yang
menghubungkannya dengan otot pantat di dekat
anus. Penis yang berada
diluar tubuh, pada bagian
luarnya melekat kulit
yang elastis, hanya bagian ujung
penis (gland penis ). Kulit ini tidak melekat
dan ujungnya berlubang. Sehingga
bisa dilipat ke belakang. Selubung ini di sebut
Preputium. Rangsang seksual akan
menimbulkan impuls saraf parasimfatis yang efeknya akan melebarkan ( dilatasi) arteri penis
dan pada saat yang sama
akan mengecilkan (kontriksi) vena penis. Akibatnya akan terjadi pengisian
jaringan erektil yang berada
di antara ke dua pembuluh darah tersebut dengan aliran
darah bertekanan tinggi
sampai penuh dan hal
ini menyebabkan penis
menjadi ereksi.
2.
Skrotum (kantung buah
pelir )
Merupakan dua buah kantung tempat testis disimpan yang
berada di bawah batang penis. Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang
mengelilingi dan melindungi testis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem
pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal,
testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu
tubuh. Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang
sehinnga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi lebih
dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat).
Organ reproduksi dalam
1.
Testis
Lokasi testes berada pada skrotum yang memiliki
lingkungan suhu lebih rendah beberapa derajat daripada suhu tubuh. Pada kasus
cryptorchidism (testes yang masih ada di rongga peritoneum, tidak turun ke
skrotum), lingkungan testes menjadi lebih panas yang mengakibatkan tidak dapat menghasilkan
sperma yang viabilitasnya baik, karena sperma sangat sensitif terhadap suhu. Sel
Leydig di testes memproduksi hormon testosteron dengan distimulasi oleh hormon
LH.
Testis berjumlah 2
buah yang berfungsi sebagai penghasil spematozoa
dan hormon testoteron. Untuk memproduksi
sperma diperlukan suhu yang sedikit
lebih rendah dari suhu tubuh. Karena menjelang kelahiran
testis turun dari rongga
tubuh (abdomen) menuju
scrotum melalui canalis inguinalis. Scorotum dapat menjaga testes. Jika
suhu dingin scrotum akan mengkerut sehingga
testis akan lebih hangat, dan jika suhu
terlalu panas scrotum akan mengembang. Suhu rata-rata
testes di dalam scrotum
2,2 derajat celcius. Di dalam testes
terdapat saluran halus
yang disebut saluran penghasil
sperma (tubulus seminiferus) tempat
terjadinya proses spermatogenesis. Dinding sebelah dalam saluran tersebut
terdiri dari jaringan epitelium dari jaringan ikat. Di jaringan
epitelium terdapat;
·
Sel induk sperma
(spermatogonium), yaitu calon sperma
·
Sel Sartoli yang berfungsi memberi makan pada sperma
·
Sel Leydig yang berfungsi menghasilkan
hormon testoteron
2.
Vas eferentia
Saluran ini
berjumlah 10-15 buah yang akan membawa
spermatozoa dari testes menuju epididimis
3.
Epididimis
Berjumlah 2 buah,
di dalam scrotum kiri dan kanan. Saluran ini
berfungsi untuk proses
pematangan spermatozoa, sehingga
dapat bergerak dengan flagelnya (bersifat motil), serta memberikan
nutrisi pada spematozoa dalam perjalannya menuju
vas diferentia. Saluran
epididimis bentuknya berkelok-kelok rapat sekali
yang panjangnya 20 kaki ( ± 6 meter).
4.
Vas diferentia
Berjumlah 2 buah di
sebelah kiri dan kanan.
Panjangnya ± 45 cm,
seperempatnya berada dalam scrotum. Vas diferentia ke luar
dari scrotum bersama-sama pembuluh darah, pembuluh limfe dan serabur saraf membentruk satu berkas
yang disebut funiculus
spermaticus (talimani), dan melalui canalis inguinalis masuk ke rongga
tubuh (abdomen). Spermatozoa yang telah matang mampu bergerak 2-4 mm per menit, dan sepanjang vas eferentia
ditempuhnya dalam waktu 21 hari barulah
sampai di ampula yang telah matang
mampu bergerak 2-4 mm
per menit, dan sepanjang vas
eferentia ditempuhnya dalam waktu
21 hari barulah sampai di amula di dalam
ampula yang merupakan
pelebaran dari vas eferentia,
spermatozoa beristirahat serta memulihkan tenaganya
dengan nutrisi fruktosa daan zat gisi lain yang terkandung dalam sekrit
kelenjar vesica seminalis yang ductusnya bermuara dalam ampula.
5.
Ductus
Ejukulatus
Berjumlah 2 buah. Berfungsi untuk
menyalurkan sperma saat ejakulasi ke
dalam saluran uretra. Ke dua
saluran ini ujung bersatu dan bermuara di uretra tepat dibawah
kelenjar prostat.
6.
Saluran Uretra
Berjumlah 1 buah. Berfungsi untuk
menyalurkan semen dan saluran urine. Saluran ini terletak dalam batang
penis di bagain bawah di kelilingi oleh korpus spogiosum.
Kelenjar
kelamin pria
1.
Vesicula Seminalis
Merupakan
sepasang kelenjar yang terletak diantara kantong kemik dengan rectum.
Masing-masing kelenjar ini panjangnya 5
cm. Komposisi sekrit kelenjar
ini terdiri dari fruktosa dan zat gizi lain khususnya vitamin C, Prostagladin, flavinx, fosforilkolin
dan ergotionein. Prostagladin memiliki fungsi membantu mengencerkan lendir
pekat yang menutupi lubang
di leher rahim, agar mudah
diterobos oleh gerakan
spermatozoa, menyebabkan kontraksi
otot secara ritmis dan serentak
dalam vagina, uterus, serta tuba fallopi ke arah dalam (menimbulkan daya sedot). Keadaan ini terjadi pada waktu wanita mengalami orgamus, yang mampu meningkatkan pergerakan
spermatozoa beberapa kali lipat. Fibrinogen berfungsi untuk mengumpulkan cairan semen sehingga dapat disemprotkan lebih jauh
pada waktu ejakulasi. Sekrit kelenjar
ini menyumbangkan ± 60 % dari
keseluruhan cairan semen. Sedangkan
sisanya 5 % sekrit kelenjar Litteri dan kelenjar Cowper, dan 5 % lagi
disumbangkan oleh sekrit testes (berupa spermatozoa) serta sekrit epididimis.
2.
Kelenjar Prostat
Berjumlah sebuah yang ukurannya 4x2x3 cm terletak
dibawah vesica urinaria (kantung
kemih). Sekret kelenjar ini menyumbang 30 % dari seluruh
cairan semen. Komposisi sekret
kelenjar prostat terdiri dari NaHCO3, asam fosfat, asam
sitrat, kolesterol, Ca, Zn, Mg, Spermin, Inositol, Fosfolipid dan enzim.
Enzim seminim dan fibrinolisin ejakulasi
di dalam vagina wanita sehingga spermatozoa
bebas bergerak. Warna sekret
kelenjar prostat keputihan seperti air susu, dan baunya seperti air jeruk (asam sitrat).
3.
Kelenjar Cowperi (kelenjar Bulfouretra)
Bermuara 2 buah,
terletak di kiri dan kanan bulbo
penis serta bermuara
di uretra. Kelenjar ini
berfungsi menghasilkan secret seromucous
(lendir agak kental) yang alkalis (NaHCO3) untuk menetralkan asam
yang ada dalam saluran
uretra pria atau vagina wanita.
4.
Kelenjar litteri
Terletak
pada dinding saluran uretra,
berukuran kecil-kecil dan menghasilkan cairan
serous (lendir cair) yang
berfungsi untuk melumasi gland penis pada saat
ereksi yang disebabkan oleh rangsangan yang kuat.
Spermatogenesis
Sperma dihasilkan oleh tubulus seminiferus yang
memiliki panjang 250 cm dalam testes. Sel-sel yang berada di tubulus
seminiferus berupa sel germinal dengan bermacam-macam tahap perkembangan dan
sel Sertoli yang memberikan dukungan penting pada spermatogenesis.
Spermatogenesis adalah proses kompleks sel germinal prmordial spermatogonia (46
kromosom) berproliferasi dan dikonversi menjadi spermatozoa motil (23 kromosom).
Prosesnya memerlukan waktu 64 hari dengan 3 tahap: mitosis, meiosis, dan
spermiogenesis. Spermatozoa memiliki 4 bagian, yaitu kepala, akrosom, midpiece,
dan ekor. Kepala terdiri dari nukleus yang terdapat informasi genetik. Akrosom
adalah vesikel pada kepala yang terdapat enzim yang digunakan untuk penetrasi
sperma. Akrosom dibentuk dengan agregasi vesikel dihasilkan oleh retikulum
endoplasmik/ kompleks golgi. Mobilitas spermatozoa dapat terjadi karena adanya
ekor yang panjang yang tumbuh dari sentriol. Pergerakan ekor terjadi hasil dari
pergerakan mikrotubul yang menggunakan energi (ATP) dari mitokondria yang
berada pada bagian midpiece sperma.
Proses spermatogenesis ini dapat terjadi karena
dukungan dari sel Sertoli. Fungsi penting sel Sertoli selama proses
spermatogenesis antara lain:
1.
sel Sertoli membentuk tight junction
sebagai barrier spermatozoa dengan darah sehingga dapat mencegah pembentukan
antibodi yang dapat menyerang sel spermatozoa (dianggap sebagai zat asing karena
haploid, sel tubuh bersifat diploid).
2.
memberikan makanan.
3.
sel Sertoli berfungsi untuk memfagosit
sitoplasma dari spermatid yang berubah menjadi spermatozoa dan menghancurkan
sel germinal yang rusak.
4.
sel Sertoli membentuk lumen cairan
tubulus seminiferus sehingga sperma dapat dilepaskan dari tubulus ke epididimis
untuk disimpan dan diproses lebih lanjut.
5.
sel Sertoli mensekresi androgen-binding
protein (ABP). ABP berfungsi untuk mempertahankan testosteron tetap berada
dalam tubulus seminiferus, karena testosteron berupa lipid yang mudah keluar
dari membran plasma dan meninggalkan lumen.
6.
menghasilkan hormon inhibin sebagai
umpan balik negatif yang mengontrol sekresi FSH.
Meskipun testosteron merupakan hormon pada pria dan
estrogen merupakan hormon pada wanita, namun ditemukan sejumlah kecil estrogen
yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Sejumlah kecil testosteron dikonversi menjadi
estrogen di testes oleh enzim aromatase, yang terdistribusi dalam saluran
reproduksi. Estrogen juga berada pada jaringan adiposa. Reseptor estrogen
diidentifikasi berada di testes, prostat, tulang, dan bagian lain pada pria.
Penelitian terbaru membuktikan bahwa estrogen berperan penting dalam spermatogenesis,
berkontribusi pada seksualitas normal, dan homeostasis tulang. Mekanisme kerja
estrogen belum banyak terungkap. Demikian juga pada wanita, terdapat hormon
DHEA (androgen lemah) yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Selain itu,
sejumlah kecil testosteron dihasilkan pada ovarium wanita.
Prostaglandin pertama kali diidentifikasi berada di
semen. Produksi dan aktifitasnya tidak hanya terdapat di sistem reproduksi.
Protaglandin berbentuk derivat 20 karbon asam lemak. Mereka dihasilkan pada
semua jaringan dari asam arakhidonat, suatu asam lemak bagian phospholipid
dalam membran plasma. Derivat asam arakhidonat yang lain yang termasuk kategori
prostaglandin antara lain: prostacyclins, thromboxanes, dan leukotriens. Prostaglandin
didesain membentuk 3 kelompok: PGA, PGE, dan PGF dengan struktur yang
bervariasi pada cincin 5 karbon pada bagian akhir. Pada sistem reproduksi,
prostaglandin berfungsi untuk meningkatkan trasnsport sperma dengan
aktifitasnya pada otot polos saluran reproduksi pria dan wanita, berperan pada
menstruasi, ovulasi, berkontribusi pada persiapan bagian plasenta ibu, dan
berkontribusi pada saat melahirkan (partus).
B.
Hormon
pada Sistem Reproduksi Pria
Proses
spermatogenesis distimulasi oleh sejumlah hormon, yaitu testoteron, LH
(Luteinizing Hormone), FSH (Follicle Stimulating Hormone), estrogen dan hormon pertumbuhan.
1.
Testoteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di
antara tubulus seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel
germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk
spermatosit sekunder.
Testosteron adalah zat androgen utama yang disintesis
dalam testis, ovarium, dan anak ginjal. Testosteron (C19H28O2)
adalah molekul yang dibentuk dari atom-atom karbon, hidrogen dan oksigen.
Testosteron adalah hormon steroid dari kelompok androgen. Penghasil utamanya
adalah testis pada jantan dan indung telur pada wanita. Sel-sel Leydig dari
testis distimulasi oleh LH untuk menghasilkan testosteron sbanyak 2,5-11 mg
sehari. Produksi testosteron mencapai puncaknya sekitar usia 25 tahun, lalu
menurun drastic pada usia 40 tahun . DHEA (dehidro-epi-androsteron) dan
androstendion merupakan prekursor testosteron yang dibentuk oleh anak ginjal.
Testosteron dihasilkan oleh hormon LH yang dilepaskan
kelenjar pituitari. Tetapi, hormon LH dikendalikan oleh testosteron sebagaimana
testosteron dikendalikan oleh LH. Saat jumlahnya di dalam darah meningkat,
molekul testosteron melakukan tekanan pada kelenjar pituitari yang menyebabkan
kelenjar itu menghentikan produksi LH. Hanya ketika jumlah testosteron menurun
produksi LH dimulai lagi. LH yang dihasilkan mengaktifkan zakar dan
memerintahkan produksi tambahan agar menaikkan jumlah testosteron.
Testosteron memiliki sejumlah khasiat fisiologi yang
penting sebagai berikut :
1. efek
virilisasi. Testosteron bertanggung jawab atas ciri kelamin pria primer dan
sekunder serta memegang peranan penting dalam spermatogenesis. Hormon ini juga
berperan dalam mempenagruhi hasrat seks (libido) dan daya ereksi (potensi).
2. efek anabol.
Testosteron membnatu meningkatkan pembentukan protein dan pertumbuhan sel-sel
otot.
3.
efek tulang. Pada anak laki-laki, selama pubertas produksi terstosteron
meningkat dengan kuat yang mengakibatkan mereka tumbuh lebih panjang dalam
beberapa waktu.
Fungsi hormon testosteron antara lain:
·
sebelum lahir:
maskulinisasi saluran
reproduksi dan genitalia eksterna
meningkatkan turunnya
testes ke skrotum
·
pada jaringan seks spesifik:
meningkatkan pertumbuhan dan maturasi
sistem reproduksi pada saat puber
penting untuk spermatogenesis
mempertahankan saluran reproduksi remaja
seluruhnya
·
bagian reproduksi lain:
mengontrol perkembangan seks pada
pubertas
mengontrol sekresi hormon gonadotropin.
·
dampak pada karakteristik seksual
sekunder:
menginduksi
pola pertumbuhan rambut pria (seperti: jenggot)
menyebabkan suara menjadi lebih dalam
karena mengecilnya tali vokal
meningkatkan pertumbuhan otot yang
bertanggung jawab pada konfigurasi tubuh pria
·
pada organ non reproduksi:
menghasilkan efek anabolik protein
meningkatkan pertumbuhan tulang pada
pubertas dan kemudian menutup lempeng epifisis
menginduksi perilaku agresif.
2.
LH
(Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH
berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testoteron.
3.
FSH (Follicle
Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis
anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini,
pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi.
4.
Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi
oleh FSH. Sel-sel sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang
mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada
tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.
5.
Hormon
Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi
metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan
awal pada spermatogenesis.
6.
DHEA
Disekresi
dari retikularis kelenjar adrenal. Sinyal pensekresi berupa ACTH.
Dehidroepiandrosteron mempunyai bebrapa fungsi yaitu dalam berbagai efek
protektif, merupakan androgen lemah, dapat dikonversi menjadi estreogen,
menghambat enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6-PDH), dan juga mengatur
koenzim NAD+.
7.
17-estradiol
Disekresi
dari folikel ovarium, korpus luteum (sel sertoli). Sinyal pensekresi berupa
FSH. Estradiol berfungsi pada wanita untuk mengatur sekresi gonadotropin pada
siklus ovarian dan pada laki-laki untuk umpan balik negatif pada sintesis
testesteron oleh sel Leydig.
Penentuan Jenis Kelamin Anak Hasil
Fertilisasi
Pembentukan jenis kelamin anak hasil fertilisasi
tergantung ada atau tidak adanya determinan maskulin selama periode kritis
perkembangan embrio. Perbedaan terbentuknya anak dengan jenis kelamin pria atau
wanita dapat terjadi setelah melalui 3 tahap, yaitu tahap genetik, gonad, dan
fenotip (anatomi) seks. Tahap genetik tergantung kombinasi genetik pada tahap konsepsi.
Jika sperma yang membawa kromosom Y bertemu dengan oosit, terbentuklah anak
laki-laki, sedangkan jika sperma yang membawa kromosom X yang bertemu dengan
oosit, maka yang terbentuk anak perempuan. Selanjutnya tahap gonad, yaitu
perkembangan testes atau ovarium. Selama bulan pertama gestasi, semua embrio
berpotensi untuk menjadi pria atau wanita, karena perkembangan jaringan
reproduksi keduanya identik dan tidak berbeda. Penampakan khusus gonad terlihat
selama usia 7 minggu di dalam uterus, ketika jaringan gonad pria membentuk testes
di bawah pengaruh sex-determining region kromosom Y (SRY), sebuah gen yang
bertanggung jawab pada seks determination. SRY menstimulasi produksi antigen
H-Y oleh sel kelenjar primitif. Antigen H-Y adalah protein membran plasma
spesifik yang ditemukan hanya pada pria yang secara langsung membentuk testes
dari gonad. Pada wanita tidak terdapat SRY, sehingga tidak ada antigen H-Y,
sehingga jaringan gonad baru mulai berkembang setelah 9 minggu kehamilan
membentuk ovarium.
Tahap
fenotip tergantung pada tahap genetik dan gonad. Diferensiasi membentuk sistem
reproduksi pria diinduksi oleh androgen, hormon maskulin yang disekresi oleh
testes. Usia 10-12 minggu kehamilan, jenis kelamin secara mudah dapa dibedakan
secara anatomi pada genitalia eksternal.
Meskipun perkembangan genitalia eksterna pria dan
wanita tidak berbeda pada jaringan embrio, tetapi tidak pada saluran reproduksi.
Dua sistem duktus primitif, yaitu duktus Wolffian dan Mullerian menentukan
terbentuknya pria atau wanita. Pada pria duktus Wolffian berkembang dan duktus
Mullerian berdegenerasi, sedangkan pada wanita duktus Mullerian yang berkembang
dan duktus Wolffian berdegenerasi. Perkembangannya tergantung ada atau tidak
adanya dua hormon yang diproduksi oleh testes fetus yaitu testosteron dan
Mullerian-inhibiting factor. Testosteron mengiduksi duktus Wolffian menjadi
saluran reproduksi pria (epididimis, duktus deference, duktus ejakulatorius,
dan vesika seminalis). Testosteron diubah menjadi dihydrotestosteron (DHT) yang
bertanggung jawab membentuk penis dan skrotum. Pada wanita, duktus Mullerian
berkembang menjadi saluran reproduksi wanita (oviduct, uterus, dan vagina), dan
genitalia eksterna membentuk klitoris dan labia.
Kadang-kadang terjadi ketidakcocokan antara genetik
seks dengan penampakan seks setelah pubertas yang menghasilkan dampak
psikologis traumatik gender krisis identitas. Contoh: Maskulinisasi genetik
wanita dengan ovarium, tetapi memiliki genitalia eksterna pria, yang pada masa pubernya
terjadi pembesaran payudara. Dengan demikian penting sekali diagnosis jenis
kelamin pada bayi baru lahir.
C.
Kesehatan
Reproduksi Pria
Kesehatan
reproduksi secara umum didefinisikan
sebagai kondisi sehat dari sistem. Dengan pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi,
diharapkan remaja dapat memiliki sikap
dan tingkah laku yang bertanggung
mengenai proses reproduksi pada dirinya
Pengetahuan dasar yang harus
dimiliki agar seseorang,
khususnya remaja memiliki kesehatan reproduksi
adalah ;
1. mengenal
sistem, proses dan fungsi organ reproduksi
2. bahaya narkoba
dan miras pada kesehatan reproduksi
3. penyakit
menular seksual/HIV
4. perlu
mendewasakan usia perkawinan, merencanakan
dan mengatur kehamilan
5. memperkuat
keyakinan dan kepercayaan pada ajaran
agama serta terbuka dalam hal
berkomunikasi dalam masalah kesehatan
reproduksi.
Andrologi Klinik
Andrologi
Klinik adalah proses pemeriksaan dalam
labolatorium untuk mengetahu seorang
proa dalam keadaan fertil atau steril yang dilakukan dengan menyelidiki cairan semen. Semen yang dikeluarkan pria pada waktu ejakulasi terdiri
atas spermatozoa dan plasma
semen.
Plasma
semen merupakan gabungan sekrit beberapa
kelenjar epididimis, vas diferentia. Vesica seminalis, kelenjar prostat,
kelenjar cowper dan kelenjar listteri.
Plasma ini penting artinya dalam
menentukan semen pria yang sufertil (kurang subur).
Spermatozoa
manusia panjangnya sekitar 50 mikron, terdiri
atas kepala, leher dan ekor (flagelum). Bentuk kepala lonjong dan mengandung inti, ujungnya mengandung
(corona penetraling Enzyme). Semua enzim tersebut berguna dalam penetrasi spermatozoa ke dalam sel telur. Bagian tengah/leher
terdapat mitokondria tempat
berlangsungnya aksodasi sel untuk membentuk energi sehingga sperma dapat bergerak aktif. Sedangkan ekor sebagai alat gerak sperma agar mencapai
ovum.
Analisis semen yang normal biasanya
mempunyai komposisi sebagai
berikut:
1.
volume semen sekali ejakulasi : 2-5 ml
2.
konsentrasi sel spermatozoa : 20 Juta/ml
3.
jumlah sel
spermatozoa : 50-400 juta
per ejakulasi
4.
persentase sel spermatozoa motil : 50 %
5.
persentase
bentuk sel spermatozoa yang : 60 %
Selain itu
perlu juga dilakukan pemeriksaan terhadap hal-hal lain untuk menentukan
fertilasi seorang pria sebagai berikut:
1.
keadaan penis harus dapat
berereksi secara penuh
2. keadaan
konsentrasi hormon testoren harus normal,
sebab libido seksualitas pria terhadap wanita ditentukan oleh hormon ini
3.
tidak menderita penyakit kelamin
4.
pada
ejakulasi ereksi minimal 5 cm dari ujung
penis.
Andropause pada pria
Male
menopause atau late-onset hypogonadism dialami 2% pria setengah baya. Pria yang
mengalami menopause biasanya mempunyai kadar testosteron rendah yang dikaitkan
dengan ereksi pagi yang buruk, gairah seks rendah dan disfungsi ereksi.
Hormon
testosteron pria menurun sekitar 1-15 % per tahun, dimulai pada usia 45 tahun.
Meski menopause pada pria bisa terjadi, menopause pada pria bisa dibilang
langka. Kadar testosteron rendah ini juga terkait dengan simptom lain seperti
depresi, lelah, dan tak bisa berhubungan intim. Selain itu juga terdapat
simptom yang tidak terkait dengan testosteron rendah. Simptom antara lain
terdiri dari gangguan pola tidur, konsentrasi buruk, merasa tidak berharga dan
merasa sangat cemas.
Namun jangan
salah mengistilahkan male menopause, karena artinya bisa menyesatkan,
menganggap bahwa semua pria akan mengalaminya. Penurunan testosteron pada pria
tua benar-benar alamiah dan proses normal yang akan dialami pria ketika menua.
1.
Penyebab menopause pada pria / andropause adalah :
a.
Faktor lingkungan. Bisa berupa pencemaran/ polusi lingkungan, pengaruh
bahan kimia (termasuk bahan pengawet makanan, limbah), kurang tersedianya air
bersih, suasana lingkungan, kebisingan, ketidaknyamanan tempat tinggal, diet,
dan pola makan.
b.
Faktor organik. Perubahan hormon, seperti testosteron, DHEA
(dehydroepiandrosteron), DHEA-S (Dehydroepiandrosteron Sulfat), melatonin, GH
(Growth Hormone), IGF-1 (Insulin-like Growth Factor-1), prolaktin.
c.
Faktor psikogenik. Misalnya: stres psikis dan fisik, pensiun, tujuan
hidup yang tak realistis, penolakan terhadap kemunduran tubuh, kemampuan
berpikir, disertai perasaan takut (takut: tua, ditinggalkan istri, pendapatan
berkurang, sakit, mati).
d.
Terlalu banyak lemak meningkatkan kadar estrogen yang menurunkan kadar
testosteron, sebagai hasilnya hubungan seksual Anda akan menderita kinerja
rendah dan dorongan seks dan libido berkurang.
2.
Gejala pria yang akan mengalami menopause adalah:
a.
Produksi testosteron melemah
Produksi
testosteron semakin melemah seiring dengan berbagai penyakit yang menemani masa
andropause pada pria. Penyakit seperti depresi, obesitas, atau kondisi lain
mempengaruhi produksi testosteron. Bedanya, saat menopause wanita kehilangan
hormon estrogen secara total, dan kesempatan mendapati anak mulai berkurang.
Andropause pada pria tidak lantas berarti produksi testosteron berhenti total.
Meski menunjukkan gejala endropause, saat usia semakin menua pria masih bisa
memiliki anak.
b.
Tubuh panas dingin
Sama seperti
gejala pada wanita, pria juga mengalami panas-dingin. Tubuh panas dan
berkeringat secara esktrem, lalu mulai dingin. Gejala ini diikuti dengan pusing
dan mual. Gejala seperti ini hanya bertahan beberapa menit, dan terjadi dalam 2
hingga 4 jam.
c.
Perubahan mood
Perubahan
mood merupakan hasil dari fluktuasi pada hormon saat menopause. Hormon
mempengaruhi level serotonin dalam otak, yang kemudian mempengaruhi mood. Mood
akan positif dengan jumlah serotonin yang tinggi, dan menjadi negatif jika
levelnya sedikit. Perubahan mood pada pria memang tidak terlalu intens seperti
pada wanita. Meski begitu, mood pada pria bisa terlihat berubah saat merespons
kondisi tertentu. Bahkan gejala seperti ini jika bertahan lama akan menjadi
depresi.
d.
Mudah lupa
Kemampuan
konsentrasi dan mengingat akan berkurang saat pria memasuki masa andropause,
meskipun tidak ada hubungan yang jelas antara tingkat hormon dengan penurunan
memori.
Kombinasi
gejala panas-dingin, perubahan mood, penurunan libido dan berat badan,
merupakan gejala andropause yang mengarah kepada stres dan penurunan kemampuan
mentalitas. Cepat lupa, misalnya, namun ini juga terkait dengan usia. Namun
hanya karena lupa menyimpan kunci, misalnya, bukan berarti lantas dikatakan
andropause.
e.
Gairah seks menurun
Gejala
paling umum dari andropause adalah penurunan libido. Hampir 80 persen pria
mengalami gejala ini. Perawatan medis bisa mengatasi disfungsi ereksi yang
disebabkan andropause ini.
Penyakit pada organ reproduksi pria
a. Hipogonadisme,
merupakan penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan interaksi
hormon, seperti hormon androgen dan estrogen. Gangguan ini menyebabkan
infertilitas, impotensi, dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganannya
dapat dilakukan dengan terapi hormon.
b. Kriptorkidisme,
merupakan kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga abdomen
ke dalam scrotum pada waktu bayi. Penangannya dapat dilakukan dengan pemberian
hormon human chorionic gonadotropin untuk merangsang testoteron.
c. Uretritis,
peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan sering buang air
kecil. Penyebabnya adalah Chlamydia trachomatis, Ureplasma urealyticum, atau virus herpes.
d. Prostatitis,
merupakan peradangan prostat. Penyebabnya adalah bakteri Escherichia coliataupun
bukan bakteri.
e. Epididimitis,
merupakan infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi pria. Penyebabnya
adalah E. coli dan Chlamydia.
f. Anorkidisme adalah
penyakit dimana testis hanya bejumlah satu atau tidak ada sama sekali.
g.
Hyperthropic prostat adalah
pembesaran kelenjar prostat yang biasanya terjadi pada usia-usia lebih dari 50
tahun. Penyebabnya belum jelas diketahui.
h. Hernia
inguinalis merupakan protusi/penonjolan isi
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.
i. Kanker
testis
adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar),
yang bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam
skrotum (kantung zakar).
j. Impotensi yaitu
ketidakmampuan ereksi ataupun mempertahankan ereksi penis pada pada hubungan
kelamin yang normal.
k. Infertilitas
(kemandulan)
Yaitu ketidakmampuan menghasilkan ketururan. Infertilitas dapat
disebabkan faktor di pihak pria maupun pihak wanita. Pada pria infertilitas
didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengfertilisasi ovum. Hal ini dapat
disebabkan oleh:
Ø Gangguan
spermatogenesis, misalnya karena testis terkena sinar radio aktif, terkena
racun, infeksi, atau gangguan hormon
Ø Tersumbatnya
saluran sperma
Ø
Jumlah sperma yang disalurkan
terlalu sedikit
l. Orkitis,
merupakan peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika
terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas. Kelainan ini dialami
oleh laki-laki, yaitu suatu keadaan penis yang tidak dapat melakukanereksi (tegang),
sehingga sulit untuk melakukan kopulasi (fertilisasi). Biasanya
impotensi disebabkan oleh faktor hormonal, yaitu terhambatnya fungsi hormon
reproduksi, bisa juga disebabkan oleh faktor psikologis atau emosional seseorang.
m. Gonorhoe
(kencing nanah) Penyakit
gonorhoe adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri Neisseria
gonorrhoeae. Penyakit kelamin ini bisa menular melalui seks bebas.
Gejalanya adalah keluar cairan berwarna putih, rasa nyeri pada saat buang air
kecil, pada pria mulut uretra bengkak dan agak merah.
n. Sifilis
(Raja singa) Penyakit
sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini menular
melalui hubungan seksual. Gejala yang timbul adalah luka pada kemaluan, bintik
atau bercak merah di tubuh, kelainan saraf, jantung, pembuluh saraf, dan kulit.
o. Kanker
Prostat Kanker
prostat adalah kanker yang menyerang kelenjar prostat pada pria. Kanker ini
menyebabkan sel-sel dalam kelenjar prostat tumbuh abnormal dan tidak
terkendali. Kanker prostat biasanya menyerang pria usia 60 tahun ke atas.
p. Herpes merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus herpes. Gejalanya tidak tampak secara langsung. Umumnya, ditandai dengan
timbulnya bintik-bintik merah, rasa sakit ketika urinasi, clan (buang air
kecil) gatal-gatal di sekitar alai kelamin. Lama-kelamaan, penyakit ini dapat
membuat kelelahan pada otot dan menyerang jaringan saraf pusat.
q. HIV/AIDS Tentu Anda sudah tidak asing lagi dengan penyakit
AIDS. Banyak orang menghubungkan penyakit AIDS dengan kondisi tubuh yang
menjadi kurus dan bercak-bercak merah, padahal hal tersebut belum tentu benar,
penyakit AIDS hanya dapat menyebar melalui kontak cairan tubuh secara langsung,
seperti transfusi darah dan hubungan seksual. AIDS akan menyerang sistem
kekebalan tubuhsehingga dalam waktu yang lama, penderita tidak memiliki sistem
kekebalan tubuh. Akibatnya, penderita dapat terbunuh oleh infeksi penyakit
ringan, seperti flu atau tifus.
Pencegahan untuk mencegah penyakit
pada reproduksi pria
Sistem reproduksi pria juga perlu dijaga untuk
mencegah infertilitas (ketidaksuburan). Beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk menjaga kesehatan pada sistem reproduksi pria adalah sebagai berikut:
1. melakukan
pemeriksaan organ reproduksi secara rutin agar kelainan dapat segera ditangani
lebih awal.
2. melindungi
testis selama beraktifitas, misalnya dengan tidak menggunakan pakaian teralu
ketat sehingga testis tidak kepanasan.
3. mengurangi
kebiasaan mandi dengan air panas. Temperatur yang sejuk diperlukan untuk
perkembangan sperma.
4. menjalankan
pola hidup sehat, seperti mengkonsumsi makanan bergizi, cukup olahraga,
menghindari penyakit menular seksual, dan menciptakan ketenangan psikis.
5. menghindari
minuman berakohol dan rokok.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem
reproduksi pria terdiri dari organ reproduksi luar dan reproduksi dalam. Organ
reproduksi luar terdiri dari penis (zakar) dan skrotum. Organ reproduksi dalam
terdiri dari testis, vas eferentia, epididimis, vas diferentia, ductus
ejaculatorius, dan saluran uretra. Kelenjar pada reproduksi pria antara lain vesicula
seminalis, kelenjar prostat, kelenjar cowperi, dan kelenjar litteri. Hormon
pada reproduksi pria yakni testeron, LH, FSH, estrogen, hormon pertumbuhan,
DHEA, dan 17-estradiol. Gangguan penyakit yang dapat menyerang sistem
reproduksi pria antara lain Hipogonadisme,
Kriptorkidisme, Uretritis, Prostatitis,
Epididimitis, Anorkidisme, Hyperthropic
prostat, Hernia inguinalis, Kanker testis,
Impotensi, Infertilitas (kemandulan), Orkitis, Sifilis (Raja Singa),
Gonorhoe (kencing nanah) , Kanker Prostat , Herpes, HIV/AIDS
Saran
Pengetahuan
mengenai seks & seksualitas hendaknya dimiliki oleh semua orang. Dengan
pengetahuan yang dimiliki diharapkan orang tersebut akan dapat menjaga alat
reproduksinya untuk tidak digunakan secara bebas tanpa mengatahui dampaknya,
Pengetahuan yang diberikan harus mudah dipahami, tepat sasaran, dan tidak
menyesatkan. Dengan demikian orang tersebut akan dapat menghadapi rangsangan
dari luar dengan cara yang sehat, matang dan bertanggung jawab.
DAFTAR
PUSTAKA
Kadaryanto et
al. 2006.20. Biologi 2. Yudhistira, Jakarta
Saktiyono.
2004. 86-93, 96, 98.Sains : Biologi SMP 3. Esis-Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Tim IPA
SMP/MTs. 2007.14. Ilmu Pengetahuan Alam 3. 15-18. Galaxy Puspa
Mega, Jakarta.
Tim Biologi
SMU.1997. 320,339-344, 348,349, 354-359. Biologi 2. Galaxy Puspa Mega. Jakarta.